GBI HOUSE OF GRACE - a church with purpose

Selasa, 17 November 2009

Tuhan Yang Menilai Diri Kita

Tapi mungkin yang paling aneh dari semuanya adalah si 13. Walaupun namanya paling jelek, tapi dia selalu tertawa kalau ada yang mengejeknya. Aku pernah bertanya padanya,

“ Apa kau tak keberatan kalau orang mengejek namamu?’

“ Tidak, aku tidak keberatan karena itu bukan namaku sebenarnya. Namaku sebenarnya adalah 100. Karena itu walaupun mereka mentertawakanku, aku tidak peduli.”

“ Bagaimana mungkin namamu 100? Siapa yang memanggilmu begitu?”

“ Kau tidak mengenal Orang yang memanggilku. Tapi Orang itu mengatakan kalau namaku sebenarnya adalah 100. Dan aku mempercayainya.”

“ Kenapa kau bisa percaya perkataan orang itu?”

“ Karena Orang itu mau mati untuk membuktikan kalau perkataannya bisa dipercaya. Dia mau mati untuk menunjukkan kalau namaku sebenarnya adalah 100 dan bukannya 13. Dan aku percaya padaNYA.”

“ Tapi kau tidak terlihat seperti orang yang bernama 100…”

“ Aku tahu, masih perlu waktu bagiku untuk menjadi 100. Seorang pematung terkenal pernah berkata kalau dia sebenarnya tidak membuat patung dari batu. Tapi sebenarnya di dalam batu itu sendiri sudah ada patung, yang dia lakukan hanya membuang bagian-bagian yang jelek dan tidak diperlukan untuk memunculkan patung yang sebenarnya sudah ada dari awal. Begitu juga ketika Orang itu memanggilku 100, Dia bukan hanya sekedar memanggil nama tapi dia juga memberikan nama 100 itu dalam diriku. Yang perlu aku lakukan adalah membuang bagian-bagian jelek dari diriku untuk memunculkan nilai 100 itu.”

Tapi si 13 berbeda, dia tidak peduli dengan nama yang diberikan orang lain. Baginya, hanya nama pemberian Orang yang mati untuknya itu yang dia pegang. Dan dia percaya nama itu miliknya dan suatu hari nanti dia akan bisa memakai nama itu dengan bangga. Ketika kutanya apakah dia tidak peduli dengan perkataan orang lain, dia cuma tersenyum dan berkata kalau hanya ada 2 orang yang perkataannya dia pedulikan yaitu orang yang dia sayang dan orang yang dia hormati. Di luar itu, apakah mereka memanggilnya raja atau pengemis, dia tidak peduli. Mungkin dia terdengar gila, tapi setidaknya dia tidak membiarkan hidupnya diatur oleh perkataan orang lain. Dia tidak peduli perkataan orang lain karena nama 100 yang diberikan kepadanya itu lebih berharga daripada semua omongan orang lain.

Seringkali kita menganggap diri kita tidak berharga, kita menilai diri kita dengan penilaian yang orang lain berikan pada kita. Namun satu hal yang harus kita ingat, saat sekeliling kita mengganggap kita tidak berharga karena status sosial kita, karena tingkat kecerdasan kita, karena rupa kita atau karena hal-hal lain yang terlihat di luar, ada Satu Pribadi yang selalu melihat kita berharga, dan Pribadi itu telah rela mati bagi kita untuk menunjukkan bahwa kita sangat berharga di Mata-Nya. Berhenti memandang rendah dirimu dan lihat bagaimana Yesus begitu mencintaimu dan menilaimu bukan dengan apa yang dilihat manusia.


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda