GBI HOUSE OF GRACE - a church with purpose

Selasa, 17 November 2009

Yesus Juga Manusia

Terkadang sulit buat kita untuk mendekat kepada Yesus karena kita terlanjur menganggap dia sebagai Tuhan yang jauh berada di surga. Terkadang kita merindukan Tuhan yang bisa merasakan apa yang kita rasakan, ikut menangis ketika kita menangis dan tertawa saat kita tertawa. Kita merindukan Tuhan yang bagaikan seorang teman di ujung jalan yang setiap saat bisa kita temui dan berbicara layaknya sebagai seorang teman.
Entah darimana kita mendapat gambaran sepertinya Tuhan itu seseorang yang bertahta di surga dan memerintah manusia tanpa bisa didekati. Entah darimana kita mendapat gambaran bahwa ketika Yesus berada di bumi ia mengenakan lingkaran putih di kepala dengan muka bercahaya dan malaikat-malaikat berjalan di sekelilingnya. Kita melupakan bahwa Yesus lahir kedunia ini bukan hanya sebagai Tuhan dan Juruselamat tetapi juga sebagai manusia sejati yang bisa merasakan berbagai macam emosi sedih, marah dan kecewa seperti halnya manusia normal.
Dalam salah satu bukunya Max Lucado bercerita bahwa seorang ibu datang kepadanya sambil marah-marah karena dalam salah satu bukunya ia bercerita bahwa Yesus itu berjerawat. Ibu itu bilang bahwa Tuhannya tidak mungkin berjerawat. Mengherankan sekali! Bukankah jerawat itu sesuatu hal yang alami buat seorang remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan? Jadi wajar saja kalau Yesus itu berjerawat,kan?
Kita mungkin menanggapi kemarahan ibu itu sebagai suatu hal yang konyol tapi diasadari atau tidak kita semua cenderung mengingat keTuhanan Yesus dan melupakan kemanusiaannya. 
Tidak percaya? Kalau begitu coba hitung berapa kali kita menyebut Yesus dengan tambahan Tuhan di depan namanya menjadi Tuhan Yeus daripada hanya Yesus saja dalam setiap doa atau cerita kita kepada orang lain. Dan kalau soal jerawat itu terlalu biasa, coba bayangkan Yesus yang pergi ke WC.
Opps..jangan mengangap penulis artikel ini sebagai orang sinting yang menghina Tuhan. Saya hanya mencoba membayangkan Yesus sebagai manusia normal saat hidup di dunia ini dan bukannya sebagai suatu kuasa suci dengan lingkaran suci dan malaikat –malaikat pengikutnya.
Saya percaya bahwa ketika Yesus masih hidup di dunia ini, sebagai manusia ia juga pasti mengalami hal hal yang sama dengan manusia lainnya. Yesus pasti pernah lelah, berkeringat dan berbau sehabis bekerja, makan minum dan pergi ke WC seperti layaknya metabolisme manusia normal. Ataukah kebanyakan dari kita berpikir bahwa Yesus tidak pernah berjerawat dan mukanya selalu bersih dan halus sepanjang waktu? Ketika Yesus bekerja ia tidak pernah merasa lelah dan sehabis bekerja ia tidak pernah berkeringat dan tubuhnya memancarkan bau bunga-bunga surgawi? Sesudah Yesus makan dan minum maka segala sisa pencernaannya tidak pernah dikeluarkan melainkan raib secara mukzijat surgawi dan karenanya Yesus tidak pernah ke WC?
Kalau hal seprti di atas betul –betul terjadi pastilah Yesus sudah menjadi manusia aneh yang kalau tidak disanjung sebagai dewa maka pastilah dimasukkan kurungan sebagai pertunjukan orang aneh. Alkitab tidak pernah mencatat bahwa Yesus diperlakukan berbeda oleh orang-orang di sekelilingnya sebelum ia memulai pelayanannya. Ketika Yesus memulai pelayanannya ia bahkan diremehkan sebagai anak tukang kayu yang berarti Yesus dikenal di kotanya sebagai seorang anak tukang kayu dan bukan sebagai seorang sakti yang tidak pernah berkeringat dan tidak pernah ke WC atau dikenal sebagai seorang suci dengan lingkaran putih di kepala dan malaikat malaikat yang menunduk-nunduk di belakangnya.
Sungguh melegakan buat saya ketika menyadari bahwa Yesus pun pernah menjadi manusia normal. Ketika saya membayangkan masa kecil Yesus saya tidak membayangkannya sebagai anak kecil pemurung yang mengurung diri sepanjang hari untuk belajar kitab Taurat atau jika ia keluar rumah maka ia akan selalu memperingatkan orang-orang di sekitarnya akan dosa mereka dan bahwa neraka membuka mulutnya untuk menelan mereka. Saya membayangkan bahwa ketika masih kecil Yesus pastilah anak yang menyenangkan dan bukan anak aneh pemurung di atas. 
Seperti halnya anak lain Yesus pasti bermain bola, main kejar-kejaran dan tertawa-tawa bersama teman-temannya walaupun saya percaya Yesus pasti tidak akan mencuri buah kurma tetangganya seperti yang biasanya dilakukan anak-anak sebayanya. Kalaupun ada yang tidak biasa dari Yesus mungkin kegemarannya membaca kitab taurat di waktu luangnya yang membuatnya mengherankan para pemimpin agama Yahudi di Yerusalem saat Yesus tertinggal oleh orangtuanya waktu mereka sekeluarga mengunjungi Yerusalem dan sifat-sifatnya yang baik dan menyenangkan. Melegakan juga mengetahui bahwa Maria tidak memperlakukan Yesus sebagai raja kecil walaupun ia tahu kebenarannya karena kalau Maria memeperlakukan Yesus secara istimewa, mana mungkin Yesus bisa tertinggal di Yerusalem sepeti Macaulay Culkin di Home Alone?
Ketika Yesus beranjak dewasa Yesus pasti dikenal sebagai seorang tukang kayu yang hebat karena setiap perabot yang dibuatnya dibuat dengan sepenuh hati sampai ke hal-hal yang paling detil. Mengingat wajahnya yang tampan, hatinya yang baik dan pekerja keras bukannya tidak mungkin gadis-gadis di dekat rumahnya mulai melirik Yesus, beberapa mungkin malah sudah jatuh hati pada Yesus. Bagaimanapun pria paling sejati dan sempurna di dunia ini hanyalah Yesus yang pasti membuatnya populer sebagai Mr.Right.
Ahh..saya mulai merasa ada beberapa dahi yang mulai berkerut dan mulut yang mulai mencibir dan perasaan bahwa penulis artikel ini semakin tidak menghormati Yesus.
Apakah lebih melegakan bagi kita semua jika saya menyatakan bahwa Yesus dewasa terkenal sebagai orang yang dingin kepada wanita, tidak mau tersenyum kepada mereka dan menjauhi mereka seolah-olah kaum wanita adalah sumber dosa? Atau bahwa Yesus selalu membaca kitab Taurat sepanjang hari, tidak pernah keluar rumah dan bersosialisasi dengan sekitarnya? Apakah kita akan merasa nyaman bertetangga dengan orang semacam ini?
Jadi sebelum anda memboikot posting ini dan menuntut penulisnya digantung coba lakukan hal berikut; tarik nafas dalam-dalam, berhenti mengerutkan dahi dan pikirkan apakah Tuhan yesus itu orang menyebalkan yang tidak mau bersosialiosasi ataukah seorang menyenangkan yang mudah bergaul dan jika anda tetap berpikir bahwa posting ini harus ditutup…well, langsung saja hubungi admin.
Sebagai seorang mausia, Yesus pernah merasakan kekecewaan karena ditolak oleh saudara-saudaranya sendiri dan dianggap sebagai orang gila, kemarahan yang diluapkannya saat melihat pedagang-pedagang di bait suci, ketidaksabaran karena ketidakpercayaan murid-muridnya , dan kesedihan karena pengkhianatan dan penyangkalan murid-muridnya. Sebagai seorang manusia Yesus juga merasakan senangnya bermain dengan teman sebayanya, kegembiraan dan kelelahan saat membantu ayahnya di bengkel.
Di atas semua itu hal yang paling melegakan adalah karena Yesus juga menyerukan hal yang sama saat di kayu salib yang juga diserukan oleh berbagai generasi manusia sebelum dan sesudahnya; “Bapaku..Bapaku mengapa kautinggalkan aku….”
Yesus adalah Tuhan…hal ini tidak diragukan lagi. Tapi kita juga harus mengingat bahwa dalam segala kegembiraan dan kesusahannya Yesus menanggungnya sebagai seorang manusia. Jika suatu hari nanti kita mengalami kesusahan dan berkata bahwa Yesus tidak memahami perasaaan kita…percayalah, Ia tahu. Ia pernah menjadi manusia dan tahu bahwa untuk menjadi manusia di dunia yang tidak sempurna ini tidak mudah.
“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”
Lain kali kita melupakan bahwa Yesus itu juga manusia, ingatlah bahwa Yesus juga pernah berjerawat.

Tuhan Yang Gak Masuk Akal

Apakah Tuhan kita masuk akal? Pertanyaan seperti ini nggak pernah muncul waktu saya masih kecil dan rajin datang ke sekolah minggu. Tiap tahun saat natal anak anak sekolah minggu semuanya berlatih untuk drama natal yang menceritakan kelahiran Yesus. Seringnya saya menjadi gembala walaupun pernah juga sekali menjadi Yusuf, sepertinya itu peran tertinggi yang pernah saya capai dalam masa karir akting yang singkat di masa kanak kanak. Tapi selama saat itu saya tidak pernah berpikir kalau Tuhan itu tidak masuk akal, semuanya baik – baik aja. Ngga ada yang aneh dengan drama natal dan ngga ada yang aneh dengan cerita kelahiran Yesus.
Sesudah saya dewasa, saya mulai bertanya – tanya…”Apakah Tuhan kita masuk akal?”. Kenapa saya bertanya seperti itu? Karena paling sedikit ada 3 hal yang menurut saya tidak masuk akal dan sulit dipercaya.Apa saja? OK, kita akan teliti satu – satu untuk memastikan apakah otak saya yang salah atau Tuhan memang tidak masuk akal.
Tuhan yang mau mati buat saya. Pencipta yang mau mati buat ciptaanNYA, seorang penyayang binatang yang mengorbankan dirinya ditabrak mobil supaya hamsternya ga dilindes mobil. Seorang direktur yang merelakan perusahaannya dijual dan hartanya habis supaya para pekerjanya tidak kekurangan, seorang presiden yang bersedia dipenjara supaya seorang perampok dan pembunuh bisa kembali ke keluarganya. Semua hal di atas tidak masuk akal, mana ada orang yang bersedia mati demi hamster, bersedia bangkrut demi pegawainya dan presiden yang mau masuk penjara demi seorang kriminal? Kalau hal seperti itu saja tidak masuk akal apalagi Tuhan yang mau mati demi manusia. Kabar Baik begitu tidak masuk akal dan mustahil sampai kebanyakan orang ga percaya. “Enak amat jadi orang Kristen, bikin dosa banyak – banyak udah gitu tinggal bertobat langsung masuk surga,mana ada kaya gitu?Kalo bikin dosa ya harus ditebus dong!”….”Apa? Si kurang ajar itu mau masuk surga?Sesudah menipu banyak orang? Mana mungkin, biarpun jadi Kristen sekalipun orang seperti itu sih pasti masuk neraka !”
Komentar – komentar kaya gitu sih bukan hal yang aneh. Saya malahan denger komentar itu dari guru saya sendiri. Sulit untuk percaya ada Tuhan yang mau mati demi umatnya supaya umatnya bebas dari dosa dan bisa masuk surga. Bayangan Tuhan bagi kebayakan orang berupa sosok raksasa di awan awan yang melemparkan petir saat kita berbuat salah dan memberikan emas jika kita berbuat baik. Mungkin untuk orang – orang yang baik Tuhan memang mau berkorban, tapi demi orang – orang jahat?Tidak masuk akal.
Saya pernah membaca di Reader Digest mengenai kejahatan seksual terhadap anak – anak. Salah seorang pelaku yang tertangkap memasukkan seorang anak perempuan berumur 3 tahun ke dalam kandang anjing tanpa pakaian. Pelaku memfilmkan anak kecil telanjang yang ketakutan dan meringkuk di dalam kandang kemudian menjual filmnya di internet kepada kalangan phedopil ( orang – orang yang mempunyai kelainan seksual menyukai anak – anak di bawah umur). Saya hampir tidak bisa membaca sampai selesai karena marah dan berkata kepada Tuhan,” Tuhan, sampah macam gini gak mungkin saya ampuni. Kalo saya ketemu orang kaya gini pasti saya pukulin abis – abisan.” Mana mungkin Tuhan mengampuni sampah kaya gini ? 
Saya juga menonton film “Hotel Rwanda” yang menceritakan pembantaian ratusan ribu suku Tutsi oleh suku Hutu di Afrika. Dengan membawa parang, suku Hutu turun ke jalan dan membantai setiap orang suku Tutsi yang mereka temui. Begitu banyak orang yang dibantai memenuhi jalan – jalan raya sampai mobil yang dikemudikan tokoh utama film tersebut harus melindas mayat – mayat yang tergeletak di jalan raya supaya bisa terus maju. Film ini diangkat dari kisah nyata dan pembantaian itu benar – benar terjadi. Sekali lagi saya bertanya pada Tuhan, “ Kau mengampuni mereka? Beneran? Gak bohong?”
Kenyataannya Tuhan memang mengampuni mereka, hanya saja apakah orang – orang itu mau menerima pengampunan itu atau tidak terserah mereka. Kenapa saya tahu kalau Tuhan masih mengampuni mereka dan masih masih memberi mereka kesempatan? Karena mereka msih bernafas! Kalau Tuhan berpendapat mereka tidak layak diampuni dan memutuskan untuk meninggalkan mereka maka mereka pasti sudah mati. Selama seseorang masih hidup itu berarti selalu masih ada kesempatan yang terbuka bagi orang itu untuk bertobat sejahat apapun orang itu.
Matius 5:45 …yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Tuhan tidak memperlakukan orang jahat dengan cara yang berbeda. Tuhan tidak membuat matahari bersinar dan cuaca cerah di sekeliling orang benar dan langit mendung disertai hujan dan kilat menyambar di sekitar orang jahat. Bagi Tuhan semua orang, benar atau tidak benar, layak menerima pengorbananNYA.
Dalam otak saya, cukup masuk akal kalo Tuhan mau mati demi orang benar tapi sangat tidak masuk akal kalo Tuhan mau mati buat orang jahat. Tapi poin inilah yang menjadikan pesan Kristus berbeda dari agama lainnya. Tindakan Tuhan yang tidak masuk akal inilah yang membuat pesan Kristus menjadi suatu hal yang aneh, berbeda dan luar biasa. Semua agama lain menawarkan Hukum; taati semua hukum maka tuhan akan menerima kamu. Yesus menawarkan Kasih; Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu ( Matius 11:28). Percaya saja, gak usah susah payah, Aku akan menerimamu. Pernyataan yang luar biasa sulit dipercaya sampai – sampai di kalangan orang Kristen sendiri pun masih bayak yang berusaha mencari huruf – huruf kecil tersembunyi tak terlihat dari pernyataan ini yang meminta manusia supaya menaati sejumlah peraturan dan menjalankan sejumlah pelayanan supaya Tuhan berkenan padanya. Pesan Tuhan sangat jelas, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan ( Markus 16:16)”, tidak ada embel – embel yang lain.. Hanya dengan percaya bahwa Tuhan mati bagi kita!
Saya pernah membaca berita beberapa waktu yang lalu mengenai keluarga yang terperangkap di rumah yang terbakar. Sang ibu memeluk anaknya untuk melindungi anak itu dari api selama mungkin. Saya juga pernah membaca di satu buku tentang seorang ibu dan anaknya yang terperangkap di dalam gedung yang runtuh karena gempa. Selama berhari – hari mereka terkubur di sana, sang ibu mengiris jarinya sendiri dan memberikan darahnya untuk anaknya yang masih kecil supaya bisa bertahan hidup dengan risiko dirinya sendiri semakin lemah dan bisa meninggal. Saya juga ingat kepada orangtua yang mempunyai anak gay yang ditolak masyarakat tapi tetap membela dan menyayangi anaknya.
Kalo saya memikirkan hal – hal di atas sepertinya tindakan Tuhan menjadi masuk akal. Saya yakin, Tuhan mempunyai moral dan kasih yang ratusan juta milyar kali lipat lebih hebat dari ibu – ibu di atas. Kalo kita yang jahat aja tahu apa yang baik buat anak – anak kita apalagi Tuhan. Tuhan pastilah tidak lebih bodoh dan jahat daripada kita. Kalo kita bisa mengasihi , Tuhan pasti bisa mengasihi milyaran kali lebih baik dari kita. Kalo karena kasih kita bisa berkorban demi anak – anak kita, Tuhan juga pasti bisa. Kalo kita bisa mati demi orang yang kita kasihi apalagi Tuhan. Cari seseorang di muka bumi ini dengan moral terbaik dan kasih terhebat, kalikan sejuta milyar kali dan kita dapatkan kurang dari 1%-nya Tuhan.
Sebagian orang mungkin bilang kalo kita hanya ciptaan Tuhan dan bukan anakNYA yang berarti Tuhan ga perlu mati buat mahluk rendahan seperti manusia. Well..saya sih ga percaya kalo Tuhan itu mirip ilmuwan sinting yang menciptakan manusia hanya karena iseng atau Tuhan itu seperti dewa jaman Yunani yang karena ga ada kerjaan terus ngurusin manusia supaya ga bosen. Seperti orangtua yang menantikan kelahiran anaknya selama 9 bulan, seperti itulah perasaan Tuhan sewaktu menciptakan manusia. 
Hal kedua yang membuat saya lebih heran adalah kenyataan bahwa Tuhan mempercayai kita. Setelah Tuhan menerima kita ,Dia tidak meminta kita menyingkir ke belakangnya tapi justru menawarkan kita untuk menjadi wakilNYA di bumi dan mengurus pekerjaanNYA yang belum selesai di bumi.
Seorang pemilik modal ingin membangun sebuah perusahaan yang besar, untuk itu ia mulai mencari orang – orang yang bisa dipercaya untuk membangun dan mengelola perusahaan yang baru ini. Kalau menurut logika, seharusnya dia mencari orang – orang yang berpendidikan, berpengalaman ,berhasil dalam hidupnya dan tentu saja tidak menerima orang – orang yang gagal untuk menjadi pekerjanya. Mana ada orang pintar yang akan memilih orang – orang gagal untuk menjadi pekerjanya, kalaupun ada pastilah dia orang yang bodoh. Anehnya, pemilik modal ini tidak hanya menerima orang – orang pintar untuk menjadi pekerjanya tapi juga orang – orang yang gagal, bahkan sepertinya lebih banyak orang gagal yang menjadi pekerjanya daripada yang berhasil. Yang lebih aneh lagi pemilik modal ini ternyata Tuhan yang ingin membangun gerejaNYA di bumi.
Abraham adalah seorang pembohong yang rela mengorbankan istrinya sendiri untuk menyelamatkan nyawanya, Yakub adalah seorang penipu yang mencurangi ayah dan kakaknya, Yehuda menjual adiknya sendiri dan tidur dengan menantunya sendiri, Daud membunuh jendralnya dengan tipu daya dan merebut istrinya, Salomo dengan segala kebijaksanaannya yang luar biasa tapi tunduk di bawah kerlingan mata wanita, Musa dengan temperamennya yang meledak – ledak, Samson yang begitu perkasa tapi juga begitu buta bahkan sebelum dia dibutakan orang Filistin karena tidak bisa melihat niat Delilah yang sebenarnya.
Ketika Yesus memulai pelayananNYA di bumi, murid murid yang dipilihNYA pun aneh – aneh yang terdiri dari nelayan yang tak berpendidikan dan pemungut cukai. Misionaris pertamanya yang lari ke dalam kota memberitakan Yesus adalah perempuan Samaria yang kawin cerai 5 kali. Rasul yang diutusnya kepada bangsa – bangsa lain adalah mantan pembunuh dan murid yang menjadi dasar gerejaNYA justru seorang pengecut yang menyangkalnya 3 kali.
Augustine mempunyai orangtua yang unik, ayahnya seorang pagan penyembah dewa – dewi Romawi dan ibunya seorang Kristen. Semasa mudanya Augustine mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang pengikut paganisme dan menjalani masa muda yang tidak bermoral. Pada usia 18 tahun, Augustine sudah mempunyai seorang anak di luar nikah. Ibu Augustine mendoakannya terus menerus selama 32 tahun sampai akhirnya Augustine bertobat. Augustine menjadi salah seorang bapa gereja mula – mula yang sangat berpengaruh, tulisan –tulisannya berabad – abad kemudian mempengaruhi seorang biarawan muda bernama Martin Luther yang kemudian mereformasi gereja( buku Augustine yang palin terkenal, “Confessions”, bisa didownload secara gratis di Project Gutenberg, www.gutenberg.net).
Sepertinya, kebanyakan orang – orang yang Tuhan percayai untuk menjalankan tugas – tugas paling besar justru orang –orang yang paling gagal. Saya selalu heran kenapa Tuhan mau mempercayai orang –orang seperti kita yang punya banyak kelemahan dan kegagalan. Tuhan pasti tahu bahwa banyak dari kita akan jatuh, berkhianat dan meninggalkan Dia. Beberapa orang bukannya mengangkat namaNYA di bumi tapi justru mempermalukanNYA. Tuhan pasti tahu bahwa kebanyakan dari kita akan melalaikan tugas yang Dia percayakan kepada kita dan menganggap Dia seperti jin botol yang dengan beberapa kali melipat tangan dan beberapa patah kata yang diucapkan dengan memejamkan mata akan membuat Dia mengabulkan segala keinginan kita. Tuhan pasti tahu semua itu! Walaupun demikian Dia tetap mempercayai kita untuk pergi dan menjadikan semua bangsa muridNYA ( Matius 28:19). Sampai saat ini kita belum pernah melihat Tuhan yang frustasi karena melihat kepercayaanNYA disia-siakan. Kita juga ngga pernah melihat Tuhan mengirim pasukan malaikat untuk mengambil alih semua bentuk pelayanan di muka bumi dan menyuruh kita ke pinggir untuk menjadi penonton.Dengan segala kelemahan kita, Dia tetap memutuskan untuk mempercayai kita.
Beberapa waktu yang lalu saya ikut seminar Nick, seorang hamba Tuhan yang tidak mempunyai tangan dan kaki tapi melayani Tuhan dengan luar biasa. Saat itu saya membayangkan orangtua Nick yang harus menerima kenyataan bahwa Nick lahir dengan kelemahan fisik tapi tetap membesarkan Nick dan mempercayai bahwa suatu hari nanti Nick akan dipakai Tuhan. Saat itu saya berpikir, kalau orangtua Nick saja bisa mempercayai Nick, kenapa Tuhan ngga bisa mempercayai anak – anakNYA sendiri. Dia kan pasti jutaan kali lebih baik dari orangtuanya Nick. Ketika saya melihat Tuhan sebagai seorang pemilik modal yang ingin membangun perusahaan maka segala tindakanNYA yang memilih orang – orang gagal sebagai pekerjaNYA tampak tidak masuk akal. Tapi ketika saya memikirkan orangtua Nick, tindakanNYA menjadi masuk akal.
Hal yang paling sulit saya percayai bakan sampai saat ini adalah Tuhan yang menginginkan kita bahagia. Bapa yang merencanakan segala sesuatu yang terbaik bagi masa depan kita, yang menyiapkan rancangan damai sejahtera bagi masa depan kita dan Bapa yang dengan asyik menyiapkan surga untuk mejadi tempat kita berjalan bersama – sama dia suatu saat nanti. Bagi si anak hilang, bapanya tidak hanya menyambutnya di depan pintu, mengadakan pesta, tapi juga menyiapkan masa depan yang indah untuknya.
Kalau ada hari libur saya suka sekali pergi ke salah satu mall di Bandung yang masih menyediakan lahan untuk taman dengan pohon – pohon besar. Pagi – pagi saya pergi kesana, beli cemilan dan minuman di supermarket kemudian duduk di bangku di bawah pohon. Saat – saat seperti itu saya bisa merasakan sekilas bahwa Tuhan ingin membahagiakan kita. Tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini, segala sesuatu terjadi untuk mendatangkan kebaikan bagi orang – orang yang mengasihiNYA. Saya garis bawahi segala sesuatu karena itu berarti semuanya yang terjadi dalam hidup kita, Tuhan juga turut bekerja di sana.
Saat saya duduk di bangku, terkadang ada angin bertiup dan daun – daun bergoyang. Terkadang ada kadal yang melintas dan ada burung yang terbang lewat sambil ngomel dengan cerewet. Karena Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu, itu berarti Tuhanlah yang membuat angin bertiup, Tuhan yang menggoyangkan daun, Tuhan yang menyenggol si kadal supaya lari di depan saya dan Tuhan yang membuat burung tadi berbelok supaya terbang di depan saya. Pada saat yang sekilas itu saya merasa Tuhan sedang menyiapkan pertunjukan yang spesial dimana dia sendiri yang menjadi konduktornya di depan saya. Dalam masa yang sekilas ini saya bisa mengerti bahwa Tuhan sangat mengasihi kita sampe – sampe Dia mau repot – repot menyenggol kadal dan burung untuk menunjukkan bahwa Dia peduli dan sedang tersenyum kepada kita.
Baru – baru ini saya menonton film mengenai alam berjudul “Deep Blue” yang memfilmkan kehidupan hewan – hewan di laut. Saat itu saya bertanya – tanya apakah Tuhan sedang asyik mendandani bumi kita untuk menunjukkan bahwa Dia peduli? Ketika saya melihat berbagai macam ikan dan terumbu karang dengan warna – warna yang ajaib, saya berpikir ngapain Tuhan repot – repot merancang semua ini. Ketika saya melihat mahluk-mahluk di laut paling dalam muka bumi dengan bentuknya yang aneh – aneh dan ajaib saya lebih heran lagi. Mahluk – mahluk ini baru bisa dilihat manusia di abad ke 20 setelah kita mempunyai teknologi yang cukup maju untuk bisa menyelam ke laut dalam, walaupun begitu tetap saja Tuhan buat mahluk – mahluk ini sejak berabad - abad yang lalu. Kalau bumi kita ini hanya tempat pelatihan dan kita hanya sementara di sini, karena rumah kita yang sebenarnya di surga , kenapa Tuhan mesti repot-repot memperindah dunia ini. Kenapa tidak Dia bikin saja dunia ini dalam 2 warna,hitam dan putih saja, semua jenis ikan bentuknya sama dan semua mahluk di darat bentuknya juga sama? Bukankah itu lebih mudah? Ataukah jangan – jangan Tuhan seperti orangtua yang keranjingan mengecat dan menggambar sendiri kamar anaknya, membelikan berbagai boneka untuk menyenangkan anaknya dan selalu meluangkan waktu untuk bermain dengan anaknya dalam keadaan sesibuk apapun? Apakah Dia tidak bisa menahan diri untuk membahagiakan anak - anakNYA sehingga sekalipun Dia sudah menyiapkan surga, Dia tetap tidak bisa menahan diriNYA untuk memperindah bumi kita yang cuma sementara ini?
Sadhu Sundar Singh, seorang rasul Tuhan di India berkata,” Ada 2 buku yang layak dipelajari. Yang pertama Alkitab dan yang kedua Alam.” Beberapa orang menganggap alam ini terbentuk karena tidak sengaja dan bukan karena Tuhan. Mereka berpendapat alam ini terbentuk karena proses alami dan evolusi yang terus menerus. Bagi saya lebih sulit untuk mempercayai segala keindahan yang saya lihat, kucing manja dan hamster lucu, semuanya hanya karena proses kebetulan. Mempercayai dunia kita terjadi hanya karena proses kebetulan sama sulitnya dengan mempercayai ada angin ribut yang bertiup di pembuangan sampah dan sesudah angin ribut itu lewat ternyata sampah – sampah “secara kebetulan” menjadi pesawat jumbo jet yang bersih mengkilat. Bagi saya, lebih mudah untuk mempercayai bahwa alam bukannya tidak sengaja terjadi melainkan diciptakan Tuhan untuk menunjukkan kemuliaan dan kepedulianNYA kepada kita. 
Tentu saja alam tidak selamanya ramah, bencana tsunami yang terjadi 2 kali baru baru ini menunjukkan itu. Apakah itu berarti Tuhan tidak menginginkan kita bahagia? Kalau dia menginginkan kita bahagia kenapa Dia mengijinkan tsunami yang menghancurkan dan membunuh banyak orang?
Saya pernah mengenal sepasang orangtua yang menolak untuk memarahi anaknya dengan alasan takut membuat anaknya sedih. Apapun kenakalan yang anak ini lakukan, mereka ngga pernah menegur anak ini. Apa yang terjadi? Anak ini tumbuh menjadi anak yang berandalan, ngga mau denger omongan orang lain dan bertindak semaunya sendiri. Apakah hal ini berarti mereka orangtua yang baik yang ingin membahagiakan anaknya? Mereka justru merusak masa depan anaknya sendiri!
Tuhan kita bukan orangtua gampangan kaya gini. Dia tahu, untuk menyiapkan masa depan yang baik untuk anakNYA terkadang dia juga harus menegur dengan keras. Saya belum pernah mengalami tsunami, karena itu saya ngga bisa berlagak mengerti apa tujuan Tuhan dalam mengijinkan peristiwa ini terjadi. Yang saya tahu, kehidupan saya pun tidak selamanya indah, ada juga masa masa susah dan sedih. Yang saya tahu, masa – masa itu mengajarkan banyak hal dan membuat saya menjadi lebih kuat.
Alam bukanlah sesuatu yang harus kita takuti ataupun harus kita sembah. Sama seperti Alkitab, alam menceritakan kemuliaan Tuhan. Dan saat saya melihat alam saya melihat Tuhan yang dengan asyik menggambar kamar tidur anak – anakNYA. Ketika saya duduk di bangku di bawah pohon, saya melihat Tuhan yang sebelah tanganNYA mengurusi peroalan dunia dan sebelah tanganNYA menggoyang daun, menyentil kadal dan burung sambil tersenyum. Saya kira Tuhan menikmati saat – saat itu sama seperti saya juga menikmatinya.
Tentu saja masih banyak hal – hal lain yang tidak masuk akal mengenai Tuhan. Tapi saat ini, ketiga hal inilah yang paling membuat saya heran. Pada akhirnya saya mengerti kenapa Tuhan tampak tidak masuk akal. Ketika saya memandang Tuhan hanya sebagai Tuhan yang bertahta di awan – awan maka semuanya itu memang tampak tidak masuk akal. Tapi ketika saya melihat Dia sebagai seorang Bapa yang merindukan anak – anakNYA maka semuanya tampak masuk akal. 
Beberapa tahun yang lalu ada film berjudul “ Finding Nemo” yang menceritakan kisah yang terjadi di laut. Kita bisa saja menonton film ini seperti kita menonton film ilmu pengetahuan, dengan notes d tangan kiri dan pulpen di tangan kanan, siap mencatat setiap spesies laut yang muncul di film ini. Kita juga bisa saja menganggap film ini sebagai sumber pembelajaran moral dan etika, ingat hiu – hiu yang bertekad menjadi hiu yang penuh kasih dengan cara menjadi vegetarian? Tapi jika kita melakukan hal itu kita mungkin akan melewatkan cerita utama film ini, yaitu mengenai seorang ayah yang kehilangan anaknya dan melakukan segala cara termasuk menyebrangi lautan dan mempertaruhkan nyawanya untuk bisa bertemu kembali dengan anaknya.
Kita bisa menggunakan Alkitab sebagai bahan pembelajaran teologis, referensi etika, kitab sejarah ataupun kitab perilaku dan sopan santun tapi pada dasarnya bukankah Alkitab menceritakan seorang Bapa yang kehilangan anak – anakNYA dan begitu rindu untuk berkumpul kembali dengan anak – anakNYA sampai – sampai Dia bersedia mengorbankan diriNYA? 
Sebagai Allah dia tidak masuk akal, tapi sebagai Bapa dia sangat luar biasa.

Marah ama Tuhan...boleh gak ya???

Emang boleh marah sama Tuhan? Kalo menurut saya pertanyaannya bukanlah apakah kita boleh atau ngga boleh marah pada Tuhan ,tapi bisakah kita ngga marah ke Tuhan? Bisakah dari mulai pertama kita kenal Tuhan, kita ga pernah kecewa ga pernah kesel dan ga pernah marah ke Tuhan? Saya ga tahu dengan orang lain, tapi bagi saya itu ga mungkin. Ketika kita kehilangan seseorang yang kita sayangi, ketika Tuhan menjawab tidak untuk permohonan yang kita doakan, ketika Tuhan membiarkan kesusahan dan kesedihan dalam hidup kita, ketika Tuhan tampak jauh dan ga peduli, saya mendapati sangat sulit untuk tidak kecewa dan marah pada Tuhan. Gimanapun juga jalanNYA sangat berbeda dengan jalan kita dan ga gampang untuk kita mengikut jalanNYA dengan sukarela tanpa perlawanan.
Kalo ada seseorang yang bilang kalo dia ga pernah marah atau kesel atau kecewa pada Tuhan selama dia mengikut Tuhan, bagi saya ada 3 kemungkinan. Yang pertama, dia dianugerahi iman yang luar biasa yang hanya dimiliki sedikit orang dan tidak dimiliki sebagian besar orang. Yang kedua, dia berbohong supaya terlihat sebagai pengikut Tuhan yang taat. Dan kemungkinan yang ketiga, mungkin dia memang ga pernah kenal Tuhan sama sekali.
Bagi saya ga mudah untuk ikut Tuhan. Ketika saya ingin membenci, Dia meminta memaafkan. Ketika saya ingin memegang seseorang, Dia menyuruh untuk melepaskan. Ketika saya ingin masa depan saya berbelok ke kiri, Dia menyuruh saya berbelok ke kanan. Ketika saya ingin hidup seenaknya menurut apa yang saya inginkan, Dia menyuruh untuk melakukan hal yang benar. Bagi saya, selama saya mengikut Tuhan, ada banyak hal yang membuat saya kesal dan marah dan kecewa. Tentu saja saya tahu itu bukan salah Tuhan karena Tuhan selalu benar. Saya tahu kekecewaan itu selalu muncul karena keegoisan saya dan keengganan saya untuk menerima jalanNYA yang sangat berbeda dengan yang saya inginkan. Bahkan ketika sepertinya saya tidak melakukan hal yang salah tapi kemudian kesulitan datang, saya tahu itu Tuhan ijinkan karena ada tujuan yang harus tercapai lewat kesulitan itu dan tujuan itu buat kebaikan saya sendiri.
Bahkan sekalipun saya tahu semua kemarahan saya pada Tuhan itu karena kesalahan saya sendiri, itu bukan berarti kemudian kemarahan itu ga pernah terjadi. Kenyataannya, apapun alasannya, saya pernah merasa kecewa dan marah pada Tuhan dan saya yakin sebagian besar orang yang mengikut Tuhan juga mengalami hal yang sama, pernah kecewa dan marah pada Tuhan.
Apakah pantas bagi kita seorang ciptaan unhtuk marah kepada Allah Semesta Alam? Saya sadar bagi sebagian orang , marah kepada Tuhan sepertinya penghinaan dan hal yang sangat ga pantas dilakukan. Tapi ijinkan saya menanyakan satu hal, Tuhan tahu ga kalo kita marah? Kao Tuhan ga tahu kalo kita marah, memang masuk akal untuk menyimpan rasa amarah itu dan ga menunjukkannya demi alasan sopan santun. Masalahnya, Tuhan tahu isi hati kita. Sekalipun tangan kita terangkat, mulut kita tersenyum dan memuji, tapi kalau hati kita marah dan kecewa, Tuhan tahu itu. 
Apa gunanya kita berpura-pura tersenyum di hadapan Tuhan dan menyembunyikan kekecewaan kita sementara Tuhan tahu dengan jelas semua isi hati kita? Buat saya itu seperti menyembunyikan gajah di balik punggung kita. Sekalipun kita tersenyum dan dengan bahasa yang sangat sopan mengatakan kalau di belakang kita ga ada gajah, gajah itu sendiri tetap kelihatan dengan jelas. Kalau begitu kenapa kita ga jujur aja sekalian? Kenapa ga kita tumpahkan semua isi hati kita di hadapan Tuhan? Kenapa ga kita ungkapkan semua pertanyaan kita, semua kekecewaan kita, semua kekesalan kita dan semua kemarahan kita di hadapan Tuhan? Toh biarpun kita sembunyikan dan tersenyum semanis mungkin pun Dia tetep tahu, jadi kenapa ga jujur aja?
Apa yang lebih Tuhan inginkan, muka yang tersenyum dan tangan yang terangkat tapi dengan pisau yang tersembunyi rapi di balik pakaian kita ataukah kejujuran kita? Sekalipun kejujuran itu disertai dengan air mata kekecewaan dan luapan amarah? Mana yang lebih baik, berpura –pura kalo gajah itu ga pernah ada atau menerima kenyataan bahwa gajah itu menag ada di belakang punggung kita? Apakah dosa atau kekurangajaran kita akan berkurang kalau kita menutup mata dan ga mengakui kekecewaan kita sementara gajah itu tetap jelas terlihat?
Sejujurnya, saya ga ngeliat ada yang salah dengan bersikap jujur dan menyatakan perasaan kita pada Tuhan. Tentu saja kalau kita marah sambil mengucapkan kata-kata yang kasar , kita harus minta maaf. Sama sesama kita aja kalo kita marah dengan bahasa kasar kita harus minta maaf apalagi dengan Tuhan. Apa yng salah dengan kejujuran? Apakah muka yang tersenyum lebih baik dari kejujuran? Siapapun bisa tersenyum tapi ga semua orang bisa jujur. Balik lagi ke pertanyaan di awal, bisakah kita ga marah ke Tuhan? Kalo ada yang bilang bisa, bersyukurlah karena hanyas edikit orang yang dikaruniai iman seperti itu. Tapi kalau ada yang diam atau menjawab ga bisa, saya sarankan jangan disembunyikan karena Tuhan udah tahu perasaan kita jadi mendingan nyatakan aja dengan jujur.

Tuhan Yang Menilai Diri Kita

Tapi mungkin yang paling aneh dari semuanya adalah si 13. Walaupun namanya paling jelek, tapi dia selalu tertawa kalau ada yang mengejeknya. Aku pernah bertanya padanya,

“ Apa kau tak keberatan kalau orang mengejek namamu?’

“ Tidak, aku tidak keberatan karena itu bukan namaku sebenarnya. Namaku sebenarnya adalah 100. Karena itu walaupun mereka mentertawakanku, aku tidak peduli.”

“ Bagaimana mungkin namamu 100? Siapa yang memanggilmu begitu?”

“ Kau tidak mengenal Orang yang memanggilku. Tapi Orang itu mengatakan kalau namaku sebenarnya adalah 100. Dan aku mempercayainya.”

“ Kenapa kau bisa percaya perkataan orang itu?”

“ Karena Orang itu mau mati untuk membuktikan kalau perkataannya bisa dipercaya. Dia mau mati untuk menunjukkan kalau namaku sebenarnya adalah 100 dan bukannya 13. Dan aku percaya padaNYA.”

“ Tapi kau tidak terlihat seperti orang yang bernama 100…”

“ Aku tahu, masih perlu waktu bagiku untuk menjadi 100. Seorang pematung terkenal pernah berkata kalau dia sebenarnya tidak membuat patung dari batu. Tapi sebenarnya di dalam batu itu sendiri sudah ada patung, yang dia lakukan hanya membuang bagian-bagian yang jelek dan tidak diperlukan untuk memunculkan patung yang sebenarnya sudah ada dari awal. Begitu juga ketika Orang itu memanggilku 100, Dia bukan hanya sekedar memanggil nama tapi dia juga memberikan nama 100 itu dalam diriku. Yang perlu aku lakukan adalah membuang bagian-bagian jelek dari diriku untuk memunculkan nilai 100 itu.”

Tapi si 13 berbeda, dia tidak peduli dengan nama yang diberikan orang lain. Baginya, hanya nama pemberian Orang yang mati untuknya itu yang dia pegang. Dan dia percaya nama itu miliknya dan suatu hari nanti dia akan bisa memakai nama itu dengan bangga. Ketika kutanya apakah dia tidak peduli dengan perkataan orang lain, dia cuma tersenyum dan berkata kalau hanya ada 2 orang yang perkataannya dia pedulikan yaitu orang yang dia sayang dan orang yang dia hormati. Di luar itu, apakah mereka memanggilnya raja atau pengemis, dia tidak peduli. Mungkin dia terdengar gila, tapi setidaknya dia tidak membiarkan hidupnya diatur oleh perkataan orang lain. Dia tidak peduli perkataan orang lain karena nama 100 yang diberikan kepadanya itu lebih berharga daripada semua omongan orang lain.

Seringkali kita menganggap diri kita tidak berharga, kita menilai diri kita dengan penilaian yang orang lain berikan pada kita. Namun satu hal yang harus kita ingat, saat sekeliling kita mengganggap kita tidak berharga karena status sosial kita, karena tingkat kecerdasan kita, karena rupa kita atau karena hal-hal lain yang terlihat di luar, ada Satu Pribadi yang selalu melihat kita berharga, dan Pribadi itu telah rela mati bagi kita untuk menunjukkan bahwa kita sangat berharga di Mata-Nya. Berhenti memandang rendah dirimu dan lihat bagaimana Yesus begitu mencintaimu dan menilaimu bukan dengan apa yang dilihat manusia.


Sabtu, 07 November 2009

Tetap Antusias Disaat Gagal

Dapatkah seseorang sukses tanpa mengalami kegagalan? Terhadap pertanyaan semacam itu, saya biasanya hanya menjawab, "Cara terbaik Anda untuk menghindari kegagalan ialah dengan tidak melakukan apa-apa. Sayangnya, itu pula cara terbaik untuk menghindari kesuksesan." Perjalanan hidup saya mengatakan bahwa kesuksesan dan kegagalan merupakan satu paket. Tidak dapat dipisah-pisahkan! Orang yang hanya memikirkan kesuksesan tanpa memiliki keberanian untuk menghadapi kegagalan ibarat orang yang hanya dapat bermimpi. Tanyakan kepada para pemimpin besar yang Anda kenal, berapa kali mereka mengalami kegagalan sebelum meraih impian. Kegagalan bukanlah sesuatu yang memalukan sepanjang kita mau belajar darinya dan tidak mengulanginya di kemudian hari. Sebuah penelitian ilmiah pernah menyimpulkan bahwa bayi harus jatuh sekitar 240 kali sebelum dapat berjalan. Sayang, ketika tumbuh dewasa, kita tidak la gi memiliki semangat seperti saat masih bayi. Kita cenderung mudah putus asa. Sungguh ironis! Bagaimana dengan Anda?

Jumat, 06 November 2009

Membuat Impian Tuhan Menjadi Kenyataan

Bagaimana cara membuat impian Saudara kembali? Kembali ke salib. Bagaimana cara membuat impian Tuhan menjadi kenyataan? Kembali ke salib. Tuhan bisa mengerjakan mujizat bagi Saudara. Salah satu karunia terbesar yang Tuhan berikan kepada kita selain putra-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, adalah kemampuan untuk bermimpi dan mewujudkan impian tersebut menjadi kenyataan. Ini adalah sesuatu yang tidak dimiliki oleh ciptaan lain. Ini adalah hak istimewa kita.

Tetapi bagaimana cara membuat impian jadi kenyataan? Kita harus melihat segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan. Karena setiap kali Tuhan memberikan kita impian, maka setan juga akan menaruh halangan, tekanan, rintangan agar impian itu tidak menjadi kenyataan. Kita harus menyadari bahwa kita memang terbatas, tetapi Tuhan tidak terbatas. Kita mungkin lemah, tetapi Tuhan mahakuasa. Karena bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.

Markus 10:27 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah."

Hal pertama yang perlu kita pikirkan adalah kebenaran ini: "TIDAK ADA YANG MUSTAHIL BAGI TUHAN". Kalau Tuhan bisa membuat keledai berbicara, kalau Tuhan bisa membelah Laut Merah, kalau Tuhan bisa membuat mata kapak yang tenggelam terapung kembali, kalau matahari bisa ditahan hingga berhenti oleh Yosua, kalau api bisa diturunkan dari langit oleh Elia, kalau Petrus bisa berjalan di atas air, adakah sesuatu yang mustahil bagi Tuhan?

Kebenaran ke-2 : "APAPUN YANG TUHAN KATAKAN PASTI AKAN TERJADI!"
Yesaya 14:26 Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? Tangan-Nya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?

Kalau Tuhan ingin melakukan sesuatu, maka hal itu pasti terjadi. Kalau Dia ingin membelah Laut Merah, maka Laut Merah terbelah. Kalau Dia ingin menyeberang Danau Genesaret, walaupun ada angin ribut, gelombang besar, tetapi Dia bisa meneduhkannya!

3 Hal Yang Harus Kita Lakukan Untuk Melihat Impian Tuhan Jadi Kenyataan

1. Buka Hati Untuk Mengimpikan Impian Tuhan
Yohanes 10:27 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,

Kalau hati Saudara tidak terbuka dan Saudara tidak mengharapkan Tuhan untuk memberikan impian pada Saudara, walaupun impian Tuhan itu datang, maka Saudara akan melewatkannya. Dengan kata lain, dalam menjalani keseharian kehidupan Saudara -sementara bekerja, meeting, fellowship- buka hati Saudara.
Karena bisa saja impian Tuhan datang lewat sepatah kata, sebuah pertemuan, sebuah kejadian. Kalau Saudara tidak punya masalah dengan mengasihani diri sendiri, rendahnya harga diri... maka Saudara bisa percaya bahwa Tuhan punya rencana ajaib untuk Saudara!

2. Curahkan Kehidupanmu Untuk Hidup Sesuai Impian Tuhan
Kalau Saudara ingin impian Tuhan dalam hidup Saudara jadi kenyataan, Saudara harus mencurahkan hidup Saudara dalam impian Tuhan. Taburkan kehidupan Saudara seperti sebuah benih.
Yohanes 12:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Kalau Saudara rela mati untuk ambisi pribadi, keinginan pribadi, berpusat pada diri sendiri maka Tuhan akan menolong Saudara untuk berbuah lebat. Contoh : Murid-murid Yesus meletakkan ambisi pribadi mereka sebagai nelayan. Dulu mereka menjala ikan di Danau Galilea. Sekarang mereka menjadi penjala manusia di seluruh dunia! Tuhan selalu menantang kita untuk menjalani kehidupan yang lebih tinggi, di mana potensi kita dimanfaatkan secara maksimal.

3. Dorong Semangat Orang Lain Untuk Mengimpikan Impian Tuhan
1 Tesalonika 5:11 Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.
Jangan menjadi PEMBUNUH IMPIAN, tapi jadilah PEMBANGKIT IMPIAN. Mungkin hari ini ada di antara Saudara punya impian yang hebat, tetapi ada orang-orang yang menjadi pembunuh impian Saudara. Apa yang harus Saudara lakukan? Jangan memendam kepahitan, lepaskan pengampuan.
Contoh: Yesus pergi ke salib karena dia punya impian: suatu hari nanti orang-orang akan diperdamaikan dengan Allah Bapa.

Matius 27:33-34 Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak. Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya.
Anggur dan empedu adalah campuran sesuatu yang masam dan pahit. Ini adalah minuman untuk menghilangkan rasa sakit -merasa kebal. Tetapi Yesus tidak mau meminumnya. Dia tidak mau membawa kemasaman dan kepahitan ke salib. Tetapi di salib Dia justru mengatakan, "Bapa ampuni mereka..." Yesus menolak membawa kemasaman dan kepahitan dalam jiwa-Nya.

Keluaran 15:23,27 Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu.
Jarak antara Mara dan Elim hanya 8 Km -kira-kira sehari perjalanan. Kadang-kadang hanya butuh satu keputusan untuk merubah kepahitan menjadi kesegaran. Jangan berputar-putar di Mara kepahitan dan mati di padang belantara, sementara Elim hanya di ujung jalan. Di Mara Tuhan menunjukkan kepada Musa sepotong kayu yang merubah air yang pahit menjadi manis.

Waktu Saudara kecewa dengan orang, keadaan atau apa pun juga, pandang pada salib Yesus, maka salib itu bisa merubah segala yang pahit menjadi manis. Mungkin hari ini ada di antara Saudara yang telah kehilangan impian-impian Saudara, apa yang bisa Saudara lakukan? Sama seperti nabi-nabi yang kehilangan mata kapak yang jatuh, Elisa mengambil sepotong kayu dan mata kapak itu bisa mengapung. Lemparkan kayu salib Yesus, rengkuh kembali impian Saudara. Salib adalah tempat pertukaran terbesar! Bagaimana untuk membuat benar kehidupan Saudara kembali? Kembali ke salib. Bagaimana cara membuat impian Saudara kembali? Kembali ke salib. Bagaimana cara membuat impian Tuhan menjadi kenyataan? Kembali ke salib. Tuhan bisa mengerjakan mujizat bagi Saudara.

MOVING TO THE NEXT LEVEL

Mazmur 37:23
Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepadaNya.


Hidup adalah suatu perjalanan menuju kedewasaan. Semua yang ada di sepanjang perjalanan itu adalah bagian dari suatu proses. Pada saat Anda melangkah memasuki tingkatan-tingkatan yang berbeda dari hidup ini, Anda akan mendapat pengetahuan baru dan pengalaman baru. Sewaktu Anda terus maju melangkah, Anda sedang membuat suatu pijakan pada tingkat kedewasaan yang lebih tinggi. 

Albert Einstein berkata: "You cannot master a problem at the level where it was created." Anda tidak bisa menguasai suatu permasalahan jika Anda masih berada pada tingkat di mana permasalahan itu terjadi. Artinya, untuk keluar dari suatu masalah, Anda harus melangkah supaya Anda berada pada tingkat yang lebih tinggi dari masalah itu.

Krisis sesungguhnya adalah sesuatu yang positif. Krisis akan mendesak Anda untuk naik ke tingkat berikutnya. Tetapi Anda sendiri perlu beranjak untuk bisa naik ke tingkat berikutnya. Ini yang disebut moving to the next level.

Tuhan merancang perubahan sebagai suatu proses, bukan sesuatu yang instan. Tuhan jauh lebih tertarik pada perjalanan kita, sebab dalam perjalanan itulah kita mengalami proses perubahan yang membentuk karakter kita. Perjalanan Anda jauh lebih penting daripada hasil akhirnya. 

Dan yang membuat Anda bisa berubah adalah firman Tuhan. Karena itu Anda harus menjadi orang yang mencintai firman, yang mau ambil waktu untuk merenungkan dan memperkatakan firman siang dan malam, maka firman akan membuat langkah-langkah dan perjalanan Anda berhasil (Yosua 1:8).

Seorang pengkhotbah besar, Edwin Cole menyatakan: "Perubahan adalah satu-satunya hal yang konstan di dalam hidup ini. Perubahan adalah esensi dari kedewasaan." Orang Kristen yang tidak mau berubah, tidak akan pernah bertumbuh dewasa. 

Nah, bagaimana caranya berubah? Perubahan hanya dapat terjadi pada saat Anda bersedia mengkonfrontasikan keberadaan yang sesungguhnya mengenai diri Anda dengan kebenaran firman Tuhan. Dengan cara ini, Anda akan tahu dengan jelas di mana posisi Anda dibandingkan dengan firman yang Anda baca. Apakah hidup Anda sudah sesuai firman atau belum. Area mana dalam hidup Anda yang perlu diubah. Inilah cara untuk bergerak ke tingkat berikutnya.

SEBATANG BAMBU

Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu.

Dia berkata kepada batang bambu,” Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air yg sangat berguna untuk mengairi sawahku?”

Batang bambu menjawabnya, “Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau,Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu.” 

Sang petani menjawab, “Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawah sehingga padi yang ditanam dapat tumbuh dengan subur.”

Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam….., kemudian dia berkata kpd petani, “Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?”

Petani menjawab, ” Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua ini karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah.”

Akhirnya batang bambu itu menyerah, “Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berguna ketimbang batang bambu yg lain. Inilah aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki.”

Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawah sehingga padi dapat tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.

Pernahkah kita berpikir bahwa dengan tanggung jawab dan persoalan yg sarat, mungkin Tuhan sedang memproses kita untuk menjadi indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu itu, kita sedang ditempa.

Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Tuhan tak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita berserah pada kehendak Tuhan, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi-Nya?

Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, ” Inilah aku, Tuhan…perbuatlah sesuai dengan yang Kau kehendaki.”

Senin, 02 November 2009

Keselamatan Hanya Ada Di Dalam Yesus Kristus

Ringkasan: Semua manusia sudah berdosa, akibat dosa mati secara jasmani, rohani dan ada hukuman kekal (kematian kedua), tidak ada jalan keselamatan, baik dari sains dan teknologi, baik dari agama dan kepercayaan, keselamatan hanya dari Allah di dalam Kristus.

Semua Manusia Sudah Berdosa
  Kita melihat hidup di dalam dunia yang sudah berdosa ada berbagai kesulitan, kesedihan, kesengsaraan dan kematian. Tidak ada manusia yang tidak pernah menghadapi kesulitan, tidak menangis. Semua manusia pernah menangis. Ini dikarenakan manusia adalah makhluk yang sudah berdosa di hadapan Allah, sehingga dalam kehidupan banyak masalah dan kesulitan (Kej. 3:12-19). Memang kita melihat banyak masalah yang dapat diselesaikan dengan sains dan teknologi yang berkembang secara cepat. Misalnya dengan ditemukan listrik, maka kegelapan bisa diatasi. Tetapi ada yang tetap tidak bisa diatasi, yaitu adanya dosa. Dengan berkembangannya sains dan teknologi, dosa juga ikut berkembang. Misalnya kecepatan perkembangan komputer, dengan adanya internet dan cyberspace (dunia maya), membuat dunia begitu kecil. Tetapi tetap ada kejahatan melalui komputer, melalui internet dan cyberspace, misalnya ada pornografi. Dosa ada di mana-mana, karena memang semua orang di dunia sudah berdosa. Alkitab menyatakan kebenaran ini. Ini bukan hasil penyelidikan manusia, tetapi kebenaran dari Allah sendiri. Allah yang berfirman bahwa “karena semua manusia sudah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rom. 3:23).

Pengertian Dosa
  Dosa pada dasarnya bukanlah suatu yang bersifat pasif, seperti: kelemahan, kesalahan atau ketidaksempurnaan. Tetapi dosa merupakan suatu permusuhan yang aktif terhadap Tuhan dan secara aktif melanggar hukum atau perintah Tuhan (1Yoh. 3:4), sehingga menyebabkan kesalahan, kelemahan. Dosa ini diakibatkan dari manusia sendiri dengan kebebasannya menolak untuk tunduk kepada Allah yang berotoritas dan menolak untuk mengikuti petunjuk atau perintah-Nya. Dengan kebebasan sendiri, manusia memilih petunjuk Iblis, sehingga manusia tidak setia kepada Tuhan, menyimpang dari jalan dan sasaran yang benar, melanggar hukum dan perjanjian dengan Allah. Pengertian ini dapat kita lihat dari Adam dan Hawa yang dengan kebebasannya secara aktif memilih untuk mengikuti apa yang mereka mau dan cocok dengan pendapat iblis, melawan Tuhan yang berotoritas yang seharusnya mereka percayai dan sandari sepenuhnya (Kej. 2-3).

Kematian adalah Akibat Dosa
  Upah dosa ialah maut (Rom. 6:23). Maut atau kematian adalah akibat atau upah dari dosa. Manusia yang berdosa ini dikatakan telah mati. “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” (Ef. 2:1). Kalau kita memperhatikan Efesus 2:1, dikatakan bahwa kondisi manusia yang menerima surat itu dulu sudah mati, padahal mereka yang dulu sudah mati itu dikirimi surat oleh Rasul Paulus. Ini berarti mereka masih hidup secara fisik. Hal ini membuat kita memperhatikan arti mati di sini bukan mati tubuh atau fisik. Alkitab mengajarkan tiga (3) macam kematian, yaitu: kematian tubuh atau fisik, kematian rohani dan kematian kedua - perpisahan kekal atau penghukuman selama-lamanya.

Kematian Tubuh
  Tuhan sudah berkata: “Janganlah kau makan buah itu, sebab pada hari engkau memakannya, engkau pasti mati” (Kej. 2:17). Tatkala mereka melanggar firman Tuhan, tatkala mereka memakan buah yang dilarang untuk dimakan itu, mereka berdosa. Alkitab mengatakan mereka pasti mati. Tetapi apakah mereka mati secara fisik, secara langsung? Tidak. Adam dan Hawa tidak langsung mati secara fisik. Tetapi Alkitab mengatakan, di dalam Kejadian 5, bahwa Adam, setelah berumur 930 tahun, lalu ia mati; Set berumur 912 tahun, lalu ia mati; Keturunan Adam yang paling panjang umurnya, Metusalah, berumur 969 tahun dan mati. Mati, mati, mati. 
  Saudara, hal makan buah dan kemudian mati itu seperti bagaimana? Seorang filsuf yang bernama Sokrates1 , tatkala dia harus meminum cawan yang berisi racun, sebelum dia minum, dia bertanya apa yang akan terjadi, bagaimana proses racun itu bekerja? Racun itu bekerja dari kaki dan menjalar sampai ke jantung dan mati. Setelah minum, ia tidak langsung mati, bahkan sempat meminta teman-temannya yang hadir menyaksikan dan menangis itu untuk diam, jangan menangis. Ia kemudian jalan mondar-mandir, dan tatkala kakinya sudah mulai berat, dan tidak terasa ketika dicubit, ia mulai duduk dan berbaring. Tidak lama kemudian racun menuju jantung, dan akhirnya Socrates mati. Waktu Sokrates meminum racun itu, apakah dia langsung mati? Tidak. Tetapi dia berada di dalam proses menuju kematian. Dia sedang dying, sekarat, dalam proses kematian. Tatkala Adam dan Hawa memakan buah dari pohon itu, apakah mereka langsung mati? Tidak. Mereka berada dalam proses menuju kematian. Jadi mati adalah upah dosa, meskipun kematian fisik itu tidak langsung, tetapi dalam proses. 
  Ada pandangan dari ilmu pengetahuan yang mengatakan tidak demikian. Bahkan ada teori yang berkata manusia memang diciptakan fana, harus mati. Sebagaimana proses alam pada makhluk hidup yang lain, hewan dan tumbuh-tumbuhan, dari kecil, tumbuh menjadi besar, semakin tua, dan akhirnya mati; maka kematian manusia pun merupakan proses alam. Ini adalah hasil pengamatan manusia yang terbatas. Auguste Comte (1798-1857) , seorang filsuf positivis Perancis, yang sangat menekankan ilmu positif atau sains dan metode ilmiah, menyatakan bahwa paham positivisme yang menekankan sains itu tidak memadai karena tidak bisa memberikan kenyataan secara keseluruhan, sebab: pertama. kita sebagai manusia tidak mungkin mengetahui segala sesuatu. Yang diketahui manusia hanyalah yang diamati dan diteliti di sekitar kita. Kedua, selain itu yang kita amati hanyalah fenomena, gejala yang bisa berubah-ubah, bukan hakikat realitas yang sebenarnya. 
  Jadi pengetahuan manusia itu terbatas, relatif, dapat berubah dan dapat salah. Namun Allah, Sang Pencipta, yang mengetahui segala sesuatu dengan sempurna, menyampaikan kebenaran melalui Alkitab, Firman-Nya. Alkitab tidak memberitahukan dan tidak mengajarkan bahwa kematian itu natural, tetapi Alkitab memberitahukan dan mengajarkan bahwa manusia mati karena upah dari dosa. Allah menciptakan manusia berbeda dengan menciptakan binatang, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta dan isinya. Yang lain hanya diciptakan berdasarkan Firman-Nya dan menurut jenisnya saja, tetapi manusia diciptakan menurut gambar dan rupa dari Allah Tritunggal, oleh sebab itu tidak mungkin membawa benih kehancuran dan kematian. Jadi manusia secara natural tidak akan mati, tetapi kematian adalah akibat dosa. Selain itu, kematian bukanlah suatu hal yang natural, apalagi menyenangkan, tetapi hal yang menakutkan dan menggentarkan, karena ini adalah hukuman, penghakiman dan kutukan dari Allah atas dosa manusia (Rom. 1:32; 5:16; Gal. 3:13). Manusia tidak seharusnya mati. Manusia mati akibat pelanggarannya terhadap perintah Tuhan. Tatkala manusia melanggar perintah Tuhan, memang tidak langsung mati; ini akibat dari anugerah umum-Nya. Selain itu, tidak semua manusia mati. Ada yang tidak mati, tetapi diangkat ke surga, seperti Henokh (Kej. 5:24) dan Elia (2Raj. 2:11). Ketika Tuhan Yesus datang kembali, yang belum mati tidak akan mati, tetapi akan diangkat untuk menyongsong Tuhan (1Tes. 4:17). Jadi pengamatan manusia yang mengatakan kematian itu natural adalah salah, karena hal itu tidak sesuai dengan Firman Allah. Tetapi jelas Alkitab menyatakan bahwa kematian fisik terjadi akibat dosa, meskipun tidak langsung mati atau mungkin tidak mati kalau dikehendaki Allah, atau Tuhan Yesus datang kembali.

Kematian Rohani
  Kematian yang pasti langsung terjadi setelah Adam dan Hawa berbuat dosa adalah kematian rohani. Ini yang dikatakan Kitab Kolose: ‘Kamu dahulu mati karena pelanggaran’ (Kol. 2:13, bandingkan Ef. 2:1). Apakah jemaat di Kolose dulu mati secara fisik? Tidak, tetapi mereka mati dalam pengertian secara rohani. Apa artinya mati secara rohani? Artinya adalah putus atau terlepas hubungannya dengan Tuhan. Sebelumnya Adam datang kepada Tuhan, bersekutu dengan Tuhan. Hal itu begitu indah. Tatkala itu Tuhan berfirman kepada dia untuk memelihara, membudidayakan Taman Eden. Adam mampu menjalankannya. Adam memberikan nama kepada semua binatang yang dibawa kepadanya. Tetapi tatkala Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, segala sesuatu berubah. Ketika Tuhan datang kepada mereka, mereka bersembunyi. Mereka mulai menutup dirinya. Mengapa? Saat itu bagi mereka, Allah bukan lagi Allah yang mengasihi dan mereka ingin bersekutu dengan-Nya. Pengalaman yang indah sebelumnya berubah sama sekali. Saat itu karena melanggar perintah Tuhan, Allah dilihat sebagai hakim yang akan menghakimi, sehingga mereka bersembunyi dan melarikan diri dari Allah. Manusia putus hubungan dengan Allah. Manusia mati secara rohani. Alkitab mengatakan dengan jelas manusia bukan mencari Allah, tidak ada seorang pun yang mencari Allah (Rom. 3:10-12). Manusia melarikan diri dari Allah. Tatkala Allah mencari manusia, manusia bersembunyi, lari dari hadapan-Nya (Kej. 3:9-10). Tetapi karena ada seed of religious, ada benih religiositas, ada benih agama, manusia harus mencari. Dan manusia mencoba beribadah pada ’allah’ yang sesuai dengan keinginannya. Allah yang benarlah yang mencari manusia. Yang dicari oleh manusia bukanlah Allah yang benar, karena manusia terbatas, tidak mungkin mengenal Allah yang benar. 
  Orang yang berdagang misalnya, mungkin dia menyembah ’ilah’ tertentu. Perempuan atau orang tertentu, menyembah ’ilah’ yang lain lagi. Mereka yang membuka bilyar atau tempat prostitusi atau tempat perjudian, mereka cenderung menyembah ’ilah’ yang berbeda pula. Petani juga mempunyai ’ilah’ lain... Saudara lihat, itu sesuai dengan kemauan masing-masing. Itu adalah satu pencarian manusia dalam mencari “allah”. Ludwig A. Feuerbach (1804-1872) berkata bahwa teologi itu sebenarnya antropologi. Theologi itu, ketuhanan itu, sebenarnya refleksi dari manusia. ’Allah’ itu manusia. Maksudnya bagaimana? Saya sebagai pribadi itu terbatas, misalnya tidak bisa memenuhi segala sesuatu sendiri, tetapi ada manusia lain yang bercocok-tanam, menjadi nelayan, membangun rumah, membuka bank dan sebagainya. Maka saya memang terbatas, tetapi manusia tidak terbatas. Tetapi melalui agama manusia berkata: manusia itu terbatas, tetapi Allah tak terbatas. Manusia ingin banyak tahu dan ingin menjadi mahatahu, tetapi tidak bisa, maka ada Allah yang Mahatahu. Manusia hadir, mencoba dengan pesawat, terbang cepat ke mana-mana. Mungkin pagi hari dia bisa di Jakarta, berangkat, mampir sebentar di Hong Kong untuk sarapan pagi, bekerja sebentar, lalu sore ke Beijing, tidur di sana. Dalam sekejap mata dia seperti mahahadir. Dia ingin hadir di mana-mana tetapi tidak bisa. Bagi Feuerbach, manusia menciptakan Allah menurut gambar dan rupa manusia. Dia membalik kebenaran dari Kejadian 1:26-27. Ini ada benarnya untuk agama ciptaan manusia. Tetapi salah dan tidak sesuai sama sekali dengan Alkitab. Agama yang sejati adalah Allah yang menciptakan manusia, dan manusia harus beribadah kepada-Nya. Allahlah yang mencari manusia, bukan manusia yang mencari Allah. Roma 1:25 mengatakan: manusia itu mengganti Allah yang seharusnya disembah selama-lamanya dengan creature, makhluk ciptaan . Manusia cenderung melarikan diri dari Allah. Manusia putus hubungan dengan Allah. Manusia tidak suka kepada Allah, tidak bersekutu dengan Allah, tidak mengenal Allah, kebenaran, kehendak, dan perasaan Allah. Manusia secara rohani dikatakan mati.

Kematian Kedua
  Pemisahan kekal dari Allah disebut Alkitab sebagai kematian yang kedua (Why. 2:11; 20:6, 14; 21:8). Itu adalah kematian yang menakutkan, penghukuman di neraka selama-lamanya. Perhatikan orang yang di neraka itu berkata, “Aku meminta kepadamu, Bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya memperingatkan mereka dengan sungguh-sungguh agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.” (Luk. 16:27-28). Tidak ada orang di neraka yang bisa tolong-menolong, tidak ada yang bisa saling menemani dan saling menghiburkan. Alkitab mengatakan, di situ hanya ada: kesakitan, penderitaan, ratapan dan kertak gigi, tanpa penghiburan sama sekali selama-lamanya (Luk. 16:24, 28; Mat. 25:30). Hukuman Allah itu bersifat permanen. 
  Orang boleh saja berkata bahwa mati itu selesai. Tetapi itu tidak bisa. Mereka tahu sesudah mati, itu belum selesai. Manusia harus bertanggung jawab di hadapan Allah. Alkitab menyatakan bahwa manusia ditetapkan mati satu kali, setelah itu dihakimi (Ibr. 9:27). Jadi setelah mati, ada penghakiman dari Allah. 
  Setiap manusia telah berdosa kepada Allah. Allah adalah Allah yang Mahabesar, sehingga setiap kita melanggar perintah-Nya, itu adalah dosa yang besar. Jadi dosa itu bukanlah dosa yang kecil, tetapi dosa besar dan layak masuk neraka. Selain itu, Allah adalah Allah yang adil, sehingga akan mengadili dengan adil, dan tidak mungkin bisa disuap. Allah juga adalah Allah yang Mahahadir dan Allah yang Mahatahu, jadi tidak mungkin manusia dapat bersembunyi dan berdebat. Disamping itu, ada yang sering disalahmengertikan, Allah adalah Allah yang kekal. Apa artinya kekal? Kekal artinya melampaui waktu, tidak di dalam waktu. Allah yang kekal adalah Allah yang tidak berubah. Kita ada di dalam waktu. Kita hanya bisa berpikir dalam waktu, sehingga kita sering mengucapkan kata ’selama-lamanya’. Selama-lamanya itu ada lamanya, tetapi selama-lamanya itu ada di dalam waktu. Di dalam waktu, kita mengalami perubahan. Dulu saya gemuk, sekarang saya kurus. Dulu saya kecil, sekarang saya sudah dewasa. Dalam waktu seminggu, entah berapa banyak sel tubuh kita yang berubah. Ada perubahan, karena kita berada di dalam waktu. Tetapi Allah adalah Allah yang kekal, tidak berada di dalam waktu. Maka tatkala manusia dihukum, maka hukumannya bersifat kekal, bersifat permanen. Dunia seringkali menjadikan hal yang menakutkan ini sebagai bahan guyonan supaya tidak terlihat menakutkan; Ini tipuan iblis. Tetapi Allah memberitahukan kita melalui Alkitab, bahwa hukuman itu bersifat kekal, kematian kedua itulah hukuman selama-lamanya. 
  Memang ada orang yang percaya akan adanya kelahiran kembali setelah kematian, lahir kembali menjadi apa yang sesuai dengan perbuatan-perbuatannya. Hukuman dianggap hanya sementara, masih ada kesempatan sampai dia mencapai kebebasan mutlak atau ketiadaan segala sesuatu. Ada agama yang berpandangan mirip demikian. Manusia bersalah, karenanya harus menjalani hukuman 1.000, 2.000 tahun, barulah akhirnya ke surga. Hukuman itu mungkin dikurangi masanya apabila orang tersebut menjalankan ibadah-ibadah tertentu, menjalankan perintah agamanya, akhirnya ia bisa mencapai surga. Kedua pandangan ini salah, karena tidak konsisten dengan pandangan bahwa Allah itu kekal, dan hukuman Allah itu kekal, permanen, tidak berubah.

Jalan Keluar Sains dan Teknologi
  Semua takut terhadap kematian, tetapi yang menjadi masalah adalah setelah mati tidak selesai, ada penghukuman kekal. Kalau begitu, bagaimana manusia melepaskan diri, bagaimana manusia lolos dari penghukuman kekal itu? Di jaman modern menuju postmodern ini, mereka mengatakan bahwa jalan keluarnya adalah sains dan teknologi. Dulu manusia sakit kusta dianggap karena dikutuk, ternyata sekarang bisa diobati. Dulu orang bisa salah-mengerti tentang tata surya dan menyatakan geosentris, bumi menjadi pusat. Tetapi terjadi perubahan setelah Kopernikus, Galileo Galilei dan Johannes Kepler membuktikan heliosentris, bahwa mataharilah yang menjadi pusat tata surya. Selain itu, ada kemajuan dalam sains, misalnya melalui Isaac Newton, karena melalui penjelasan fisika orang dapat melihat alam semesta dengan jelas, dapat mengerti, misalnya mengapa benda yang dilempar ke atas tidak melayang, tetapi jatuh lagi, yaitu karena ada gravitasi. Segala sesuatu mulai bisa dihitung. Apabila kita naik pesawat, bisa ditentukan akan tiba di tujuan pukul berapa. Semua karena kemajuan teknologi. 
  Ada seorang periset yang mengatakan bahwa 5-10 tahun lagi, orang yang sakit kanker tidak perlu lagi menjalani kemoterapi atau radiasi. Saat ini sedang dikembangkan pengobatan-pengobatan baru yang lebih baik. Ada pengharapan bagi manusia. Manusia menjadikan dirinya sebagai jawaban bagi permasalahnya. Apakah kemajuan sains memberikan jawaban? Ternyata tidak. Meskipun membantu kemajuan atau kenikmatan hidup, tetapi dengan kemajuan sains manusia semakin berbuat dosa dengan cara yang canggih dan hebat. Kemajuan teknologi membuat pembunuhan terjadi secara lebih luar biasa, kekejamannya pun lebih luar biasa. Sains dan teknologi tidak memberikan jalan keluar untuk mengatasi dosa. Sains tidak bisa mengatasi masalah kematian fisik. Sains dan teknologi juga tidak bisa menjangkau hal setelah kematian. Sains dan teknologi tidak memberikan jalan keluar.

Jalan Keluar dari Agama atau Kepercayaan
  Bagaimana agama atau kepercayaan memberikan jawaban atas hal ini? Agama-agama nonsamawi atau nonwahyu tidak memberikan jawaban yang jelas. Agama-agama tertentu mencoba menentukan jalan mereka melalui pencerahan yang mereka dapat. Mereka memberikan jalan keluar dengan kelahiran kembali - ada terus kesempatan. Padahal ini bertentangan dengan konsep bahwa Allah itu kekal dan hukuman-Nya adalah kekal pula. Selain itu, kita melihat bahwa semua itu adalah cara manusia untuk mendapatkan keselamatan, bukan cara Allah. Sesungguhnya manusia bersalah kepada Allah, jadi bukan manusia yang menentukan pengampunan, melainkan Allah.
  Agama lain yang digolongkan sebagai agama samawi atau agama wahyu menetapkan pelaksanaan syariat tertentu dengan menjalankan amal ibadah mereka (sembahyang, puasa, zakat) sebagai jawaban. Tetapi sesungguhnya, sembahyang apa yang tidak ada cacatnya, perbuatan baik apa yang tidak ada cacatnya? Seperti pohon ara buahnya ara, pohon apel buahnya apel, pohon semangka buahnya semangka, maka pohon dosa pun buahnya dosa. Manusia adalah makhluk yang berdosa, yang mati. Manusia tidak mungkin melakukan yang baik, hanya dosa, sehingga tidak bisa membayar di hadapan Allah. Kita terus berhutang kepada Allah, maka kita harus dihukum kekal. 

Jalan Keluar dari Allah
  Allah sendiri yang memberikan jalan keluar atas dosa dan kematian, yaitu dengan sistem penggantian atau substitusi. Setelah manusia berdosa, dijalankan sistem penggantian. Setelah Adam berdosa di hadapan Allah, Allah menentukan sistem penggantian dengan darah yang dicucurkan, binatang yang mati dibunuh. Pertama binatang yang dibunuh untuk pakaian Adam dan Hawa, kemudian ada korban Habel yang diterima. Ada sistem penggantian. Tetapi sistem korban orang Israel tidak mencapai puncaknya, hanya merupakan satu simbol atau bayang-bayang yang akan datang. Kalau kita bandingkan dengan Ibrani 10:1-5, binatang tidak mungkin mengganti manusia karena ada perbedaan kualitas. Yang bisa menggantikan manusia haruslah manusia juga. Maka dikatakan, tidak ada cara lain, Allah Bapa menentukan Tuhan Yesus Kristus menjadi jalan pendamaian, yakni harus mati menebus dosa, harus mati untuk membayar hutang dosa dengan memakukan surat dakwaan, surat hutang itu di kayu salib (Rom. 3:25; Kol. 2:14-15). Itu cara yang Allah tentukan, dan hanya satu cara itu. Manusia bersalah kepada Allah, harus Allah yang menentukan cara pengampunan, dan cara pengampunan itu adalah melalui kematian Kristus Yesus di kayu salib - yang menggantikan.
  Apakah itu adil? Bukankah Allah adalah Allah yang adil, yang salah yang dihukum, yang tidak bersalah dibebaskan? Mengapa Kristus yang tidak bersalah dihukum, dijadikan berdosa, dan kita yang bersalah di dalam Dia dibenarkan? Kalau demikian, apakah ada keadilan Allah? Ada. Yang salah tetap dihukum, tetapi Allah menggunakan sistem substitusi atau sistem penggantian. Dan sistem penggantian adalah satu-satunya cara yang Allah tentukan. Kalau begitu, apakah Kristus Yesus dipaksa? Tidak. Dia rela. Dia mau. “Aku datang untuk menjalankan kehendak-Mu, Aku datang untuk memberikan nyawa-Ku bagi tebusan untuk banyak orang.” (Ibr. 10:7; Mat. 20:28). Dia tahu apa yang dilakukan-Nya. Ia jalankan itu di dalam kerelaan, jadi tidak ada pemaksaan.
  Apakah satu orang bisa menggantikan seluruh dunia? Ya, karena beda secara kualitas. Tuhan Yesus adalah manusia sejati dan Allah yang sejati. Manusia tidak bisa menjadi Allah, tetapi Allah bisa menjelma menjadi manusia. Kita percaya Kristus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, untuk membayar harga, menebus kita, membeli kita ulang. Apa pantas? Ya, karena Dia Allah, kualitasnya lain. Di Indonesia misalnya, beras bisa ditukar dengan pesawat terbang. Di sini kita bicara tentang kualitas. Satu pesawat terbang bisa ditukar menjadi butiran beras yang tak terhitung. Kristus adalah Allah yang sejati, maka Dia bisa menggantikan semua manusia yang berdosa. Hal ini Dia lakukan melalui kematian-Nya di kayu salib. Sesungguhnya penderitaan Kristus tidak dimulai di Taman Getsemani, tetapi tatkala Dia menjadi manusia. Dia lahir di kandang domba; Kristus sudah mulai menderita, sebab Ia adalah Allah yang tidak terbatas menjadi terbatas, Allah yang mulia menjadi hina. Seumur hidup-Nya, Dia dikatakan sebagai “the man of sorrow”, manusia yang menderita. Serigala punya lubang, burung punya sarang, tetapi Dia, Anak Manusia, tidak ada tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Luk. 9:58). Dia Pencipta alam semesta, tapi tatkala Dia datang pada alam ciptaan-Nya, dunia, bahkan umat pilihan-Nya, yaitu bangsa Israel menolak Dia (Yoh. 1:10-11). Dia mengalami sengsara, dan puncaknya adalah di kayu salib. Penderitaan-Nya bisa menggantikan. 
  Lukas mencatat bahwa pada malam Dia menyerahkan diri setelah berdoa di Taman Getsemani, keringat-Nya seperti titik-titik darah (Luk. 22:44). Ada dua tafsiran mengenai hal ini: bisa deras seperti darah, bisa juga berwarna seperti darah karena hermatidrosis - pembuluh darah di bawah kulit-Nya pecah karena ketegangan yang luar biasa. Saat itu, malam itu, Dia diadili, dipukul, diludahi, ditampar, ditendang, diolok-olok, dipermainkan, hingga sekujur tubuh-Nya babak-belur, dan kemudian juga disesah - dipukuli dengan cambuk sehingga sekujur tubuh-Nya penuh luka dan berdarah. Begitu buruk rupa-Nya, sehingga bukan seperti manusia lagi. Itu belum puncaknya, sampai Dia dipakukan di kayu salib di puncak Golgota. Dosa isi dunia ditanggungkan atas-Nya. Dia yang tidak berdosa dijadikan berdosa karena kerelaan-Nya, supaya kita dibenarkan (2Kor. 5:21). Yesus berseru dengan suara nyaring, “Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Kau tinggalkan Aku?” Kita tidak bisa mengerti mengapa Allah bisa meninggalkan Allah. Mengapa Allah dalam persekutuan yang kekal itu mengalami suatu perpisahan? Tetapi yang kita mengerti adalah melalui perpisahan itu, kita yang tadinya berpisah dari Allah, boleh dipersekutukan lagi di dalam Kristus.” Perpisahan itu menggambarkan penghakiman, penghukuman yang kekal. Kita memang seharusnya dihukum kekal, permanen. Tetapi Kristus menggantikan kita, supaya kita bisa dilepaskan dari penghukuman Allah. Murka Allah ditimpakan kepada Kristus untuk memuaskan hati Allah. 
  Alkitab mencatat dalam kata propisiasi, dalam Roma 3:25 tadi, Kristus ditentukan menjadi jalan pendamaian. Kata propisiasi berbeda dengan kata rekonsiliasi yang berarti pendamaian. Sering digambarkan bahwa antara Allah dan manusia ada suatu tembok yang tidak bisa ditembus, lalu tembok itu dirobohkan dengan salib Kristus; ini adalah rekonsiliasi. Penghalang yang membuat perpisahan dihilangkan, sehingga yang terpisah disatukan kembali. Tetapi propisiasi itu menggambarkan Allah yang murka. Murka-Nya tidak bisa dihentikan dan menuntut semua manusia dihukum selama-lamanya. Murka-Nya hanya bisa dihentikan oleh satu, korban yang memuaskan Dia. Hanya satu saja yang dapat memuaskan, yaitu Kristus, korban yang bisa menghentikan murka Allah sekaligus membuat Allah tidak lagi menghukum karena Dia puas. Kristus satu-satunya jalan, tidak ada yang lain. Melalui kematian di kayu salib, Dia merobek tirai pemisah. Dia menebus. Dia membayar hutang dosa kita. Kita yang terjual di bawah kuasa dosa, kita yang berhutang di hadapan Allah, Kristus membeli kita ulang dengan membayarkan diri-Nya sebagai pengganti. Dialah yang memberikan kita hidup, yang menjadikan kita hidup, memberi kita hidup yang kekal. Hidup yang kekal, bukanlah hidup selama-lamanya. Hidup yang kekal adalah hidup yang digabungkan dengan Allah kembali, bersekutu atau berelasi dengan Allah, union with Christ, disatukan dengan Kristus. Dan ini tidak bisa dipisahkan. Kita bisa mati secara fisik, tetapi saat kita mati secara fisik, persekutuan ini tidak berakhir. Nanti dibangkitkan, tetap ada persekutuan dengan Allah. Maka Paulus berkata, “Aku yakin bahwa hidup maupun mati, pemerintah yang sekarang maupun yang akan datang, makhluk lain, atau kerajaan angkasa, tidak bisa memisahkan kita dari kasih Allah yang ada di dalam Yesus Kristus Tuhan kita.” (Rom. 8:36-39). Satu kepastian keselamatan telah diberikan.

Bagaimana Kita Mengerti Penggantian Kristus
  Rekan pelayanan Ev. Billy Graham bernama Cliff Barrow memiliki 2 anak yang nakal, dan dia berkata akan memukul mereka jika melanggar apa yang dilarangnya. Saat dia pulang dari bepergian, ternyata anaknya melanggar. Cliff Barrow serba salah. Apabila dia tidak menghukum anaknya, maka mereka akan menganggap perkataannya hanya main-main, tetapi kalau dia sungguh memukul anaknya, anaknya bisa trauma dan mati. Jadi dia berkata kepada anak-anaknya, “Salah harus dihukum, tetapi Papa tahu kamu tidak akan sanggup menerima hukuman Papa, maka sekarang masing-masing pukul Papa 10 kali dengan kekuatanmu. Papa membayar kalian, Papa menggantikan kalian yang seharusnya dihukum.” Kedua anaknya terpaksa memukul papanya sambil menangis sedih. Setelah itu mereka berdoa. Mulai hari itu mereka mengerti kasih papanya yang menggantikan mereka, dan percaya kepada papanya, kepada kasih papanya yang menggantikan mereka. 
  Seorang pelukis membuat lukisan mengenai penderitaan Kristus. Tatkala pada hari Jumat Agung lukisan tersebut dipamerkan, seorang anak muda, Zinzendorf, menatapnya lama sekali dan membaca satu kalimat yang tertulis di bagian bawah lukisan tersebut: “Nyawa-Ku Kuberikan bagimu, apa kauberi pada-Ku?’ Anak muda itu terus merenungkan kata-kata tersebut, dan pada hari itu juga ia menyerahkan dirinya menjadi seorang misionaris, karena dia mengerti kasih Allah baginya.
  Apakah yang sudah kita mengerti tentang apa yang dikerjakan Tuhan Yesus? Apakah yang sudah kita berikan kepada Yesus, yang telah memberikan nyawa-Nya, menebus, mensubstitsikan kita? Harusnya kita yang menerima penderitaan, perpisahan, dan hukuman kekal dari Allah Bapa, tetapi Dia menggantikan kita. Apakah Saudara sudah menerima keselamatan dari-Nya? Apa yang kauberi kepada Dia? Apakah Saudara percaya dan mempercayakan diri kepada Dia sepenuhnya?