WHY ME LORD???
Sepertinya sekarang ini terlalu banyak malapetaka dan musibah yang menggoreskan luka dan rasa pedih yang sangat mendalam, bagi banyak orang. Walaupun beberapa orang masih berharap keadaan menjadi lebih baik dan menanti karya nyata Tuhan. Tapi lama kelamaan harapan itu mulai luntur, karena nyatanya keadaan tidak seperti yang mereka harapkan.
Hal ini membawa kita pada pikiran-pikiran logis seperti : Mengapa saya ? Jika Allah mengatur segala sesuatu dan kita telah berusaha hidup dengan baik di hadapanNya, mengapa Dia tidak menghindarkan kita dari penderitaan ?"
Dari kitab Ayub kita dapat melihat bagaimana Ayub mengalami begitu banyak penderitaan dan kesengsaraan, mampu bertahan dengan imannya. Ketika istrinya sendiri mendorong untuk mengutuki Allah, Ayub justru bertanya : Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah tetapi tidak mau menerima yang buruk ?"
Meskipun untuk berkata seperti itu, Ayub harus bergumul keras, namun ia sampai pada penghayatan untuk pasrah ketika ia mngenali kebesaran dan kebijaksanaan Allh.
Ia tetap teguh dan percaya bahwa Allah akan melakukan yang terbaik untuk dirinya.
Bagi Ayub kesengsaraan yg diterimanya tidak menjadi masalah, karena Ayub begitu yakin bahwa Allah akan bersedia untuk menderita bagi dirinya.
Yang mana hal itu sungguh dilakukan Yesus, sengsara, menderita, dan wafat bagi kita. Jadi mengapa kita takut dan putus asa dalam penderitaan ini, ikut menderita untuk Yesus, dan berjuang mengatasi bersama Yesus, justru akan menjadi suatu kebahagiaan ataupun suatu kebanggaan. Seperti seorang prajurit yang berjuang bersama seorang Jenderal besar, dia merasa tenang karena yakin tindakan jenderal itu akan menyelamatkannya, dan suatu saat dia akan bangga menceritakan perjuangannya bersama sang Jenderal.
Sepertinya berharap agar Tuhan selalu beserta kita dan kitapun selalu beserta Tuhan dalam menjalani semua penderitaan itu, dapat membuat kita lebih baik. Sehingga tidak hanya Tuhan yang akan selalu menyertai kita, tapi kitapun mau dan dapat menyertai Tuhan dalam kehidupan kita, dalam keadaan dan situasi apapun juga.
Hal ini membawa kita pada pikiran-pikiran logis seperti : Mengapa saya ? Jika Allah mengatur segala sesuatu dan kita telah berusaha hidup dengan baik di hadapanNya, mengapa Dia tidak menghindarkan kita dari penderitaan ?"
Dari kitab Ayub kita dapat melihat bagaimana Ayub mengalami begitu banyak penderitaan dan kesengsaraan, mampu bertahan dengan imannya. Ketika istrinya sendiri mendorong untuk mengutuki Allah, Ayub justru bertanya : Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah tetapi tidak mau menerima yang buruk ?"
Meskipun untuk berkata seperti itu, Ayub harus bergumul keras, namun ia sampai pada penghayatan untuk pasrah ketika ia mngenali kebesaran dan kebijaksanaan Allh.
Ia tetap teguh dan percaya bahwa Allah akan melakukan yang terbaik untuk dirinya.
Bagi Ayub kesengsaraan yg diterimanya tidak menjadi masalah, karena Ayub begitu yakin bahwa Allah akan bersedia untuk menderita bagi dirinya.
Yang mana hal itu sungguh dilakukan Yesus, sengsara, menderita, dan wafat bagi kita. Jadi mengapa kita takut dan putus asa dalam penderitaan ini, ikut menderita untuk Yesus, dan berjuang mengatasi bersama Yesus, justru akan menjadi suatu kebahagiaan ataupun suatu kebanggaan. Seperti seorang prajurit yang berjuang bersama seorang Jenderal besar, dia merasa tenang karena yakin tindakan jenderal itu akan menyelamatkannya, dan suatu saat dia akan bangga menceritakan perjuangannya bersama sang Jenderal.
Sepertinya berharap agar Tuhan selalu beserta kita dan kitapun selalu beserta Tuhan dalam menjalani semua penderitaan itu, dapat membuat kita lebih baik. Sehingga tidak hanya Tuhan yang akan selalu menyertai kita, tapi kitapun mau dan dapat menyertai Tuhan dalam kehidupan kita, dalam keadaan dan situasi apapun juga.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda