TUHAN TAK TINGGALKANKU....
Mengapa bebanku berat sekali?" aku berpikir sambil membanting pintu kamarku dan
bersender.
"Tidak adakah istirahat dari hidup ini? "
Aku menghempaskan badanku ke ranjang, menutupi telingaku dengan bantal.
"Ya Tuhan, " aku menangis, "Biarkan aku tidur...Biarkan aku tidur dan tidak pernah bangun
kembali!" Dengan tersedu-sedu, aku mencoba untuk meyakinkan diriku untuk melupakan.
Tiba-tiba gelap mulai menguasai pandanganku, Lalu, suatu cahaya yang sangat bersinar mengelilingiku ketika aku mulai sadar. Aku memusatkan perhatianku pada sumber cahaya itu. Sesosok pria berdiri di depan salib.
"Anakku, " orang itu bertanya, " Mengapa engkau datang kepada-Ku sebelum Aku siap memanggilmu? "
" Tuhan, aku mohon ampun. Ini karena... aku tidak bisa melanjutkannya. Kau lihat! betapa berat hidupku. Lihat beban berat di punggungku. Aku bahkan tidak bisa mengangkatnya lagi. "
" Tetapi, bukankah Aku pernah bersabda kepadamu untuk datang kepadaku semua yang letih lesu dan berbeban berat, karena Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan. "
" Aku tahu Engkau pasti akan mengatakan hal itu. Tetapi kenapa bebanku begitu berat?"
" Anak-Ku, setiap orang di dunia memiliki beban. Mungkin kau ingin mencoba salib yang lain?"
" Aku bisa melakukan hal itu?"
Ia menunjuk beberapa salib yang berada di depan kaki-Nya. Kau bisa mencoba semua ini.
Semua salib itu berukuran sama. Tetapi setiap salib tertera nama orang yang memikulnya.
" Itu punya Andre, " kataku.
Andre menikah dengan seorang wanita kaya raya. Ia tinggal di lingkungan yang nyaman dan memiliki 3 anak perempuan yang cantik dengan pakaian yang bagus-bagus..
Dia punya 3 mobil di rumahnya, untuknya , untuk istrinya dan untuk anaknya"Umm, aku coba punya Joan. Sepertinya hidupnya tenang-tenang saja. Seberat apa beban yang Andre panggul? " pikirku.
Tuhan melepaskan bebanku dan meletakkan beban Andre di pundakku. Aku langsung terjatuh seketika.
"Lepaskan beban ini! " teriakku.
" Apa yang menyebabkan beban ini sangat berat?"
" Lihat ke dalamnya."
Aku membuka ikatan beban itu dan membukanya. Di dalamnya terdapat gambaran ibu mertua Andre, dan ketika aku mengangkatnya, ibu mertua Andre mulai berbicara, "Andre, kau tidak pantas untuk anakku, tidak akan pernah pantas. Ia tidak seharusnya menikah denganmu.Kau adalah pria yang terburuk untuk cucu-cucuku. .."
Aku segera meletakkan gambaran itu dan mengangkat gambaran yang lain. Itu adalah Joni, adik terkecil Andre. Kepala Joni dibalut sejak operasi epilepsi yang gagal itu.
Gambaran yang ketiga adalah adik laki-laki Andre. Ia kecanduan narkoba, telah dijatuhi hukuman karena membunuh seorang perwira polisi.
" Aku tahu sekarang mengapa bebannya sangat berat, Tuhan. Tetapi ia selalu tersenyum dan suka menolong orang lain. Aku tidak menyadarinya... "
" Apakah kau ingin mencoba yang lain?" tanya Tuhan dengan pelan.
Aku mencoba beberapa.
Beban Sandy terasa sangat berat juga: Ia melihara 4 orang anak laki-laki tanpa istri.
Antok punya juga demikian: masa kecilnya yang dinodai olah kekerasan dari orang tuanya dan
menikah karena paksaan.
Ketika aku melihat beban Sonny, aku tidak ingin mencobanya. Aku tahu di dalamnya ada penyakit Arthritis, usia lanjut, dan tuntutan bekerja penuh sementara istri tercintanya berada di Panti Jompo.
" Beban mereka semua sangat berat, Tuhan " kataku..
" Kembalikan bebanku"
Ketika aku mulai memasang bebanku kembali, aku merasa bebanku lebih ringan dibandingkan yang lain.
"Mari kita lihat ke dalamnya, " Tuhan berkata.
Aku menolak, menggenggam bebanku erat-erat.
" Itu bukan ide yang baik, " jawabku,
" Mengapa?"
" Karena banyak sampah di dalamnya."
" Biar Aku lihat"
Suara Tuhan yang lemah lembut membuatku luluh. Aku membuka bebanku.
Ia mengambil satu buah batu bata dari dalam bebanku.
" Katakan kepada-Ku mengenai hal ini."
" Tuhan, Engkau tahu itu. Itu adalah uang. Aku tahu kalau kami tidak
semenderita seperti orang lain di beberapa negara atau seperti tuna
wisma di sini. Sampai sekarang pun aku belum dapat pekerjaan untuk menghidupi keluargaku. Tidak mungkin kan kalo aku hanya mengandalkan istri saja yang bekerja. Tagihan kami juga mulai membengkak.
"Anak-Ku, Aku selalu memberikan kebutuhanmu. ... dan mempunyai rencana yang indah untukmu dan keluargamu. Jangan putus asa menantikan rencanaKU, karena aku ingin membentukmu !!!
" Anak-Ku," Tuhan berkata.
" Jika kau percayakan kepada-Ku, aku akan memperbaharui kekuatanmu,
dan jika engkau mengijinkan Aku untuk mengisimu dengan Roh Kudus, aku
akan memberikan engkau
kesabaran."
Kemudian Ia mengambil beberapa kerikil dari bebanku.
" Ya, Tuhan.." aku berkata sambil menarik nafas panjang.
" Anak-Ku, orang memang melihat engkau dari penampilan luar, tetapi Aku melihat jauh sampai ke dalamnya hatimu. Dengan Roh Kudus, kau akan memperoleh pengendalian diri . Tetapi keindahanmu tidak harus datang dari luar. Bahkan, seharusnya berasal dari dalam hatimu, keindahan diri yang tidak akan pernah hilang dimakan waktu. Itulah yang berharga di mata-Ku."
Bebanku sekarang tampaknya lebih ringan dari sebelumnya.
" Aku pikir aku bisa menghadapinya sekarang, " kataku,
" Yang terakhir, berikan kepada-Ku batu bata yang terakhir." kata Tuhan.
" Oh, Engkau tidak perlu mengambilnya. Aku bisa mengatasinya. "
" Anak-Ku, berikan kepadaKu."
Kembali suara-Nya membuatku luluh. Ia mengulurkan tangan-Nya, dan
untuk pertama kalinya Aku melihat luka-Nya.
"Tuhan....Bagaimana dengan tangan-Mu? Tangan-Mu penuh dengan luka!! "
Aku tidak lagi memperhatikan bebanku, aku melihat wajah-Nya untuk
pertama kalinya..
Dan pada dahi-Nya, kulihat luka yang sangat dalam..... tampaknya
seseorang telah menekan
mahkota duri terlalu dalam ke dagingNya.
"Tuhan, " aku berbisik.
" Apa yang terjadi dengan Engkau?"
Mata-Nya yang penuh kasih menyentuh kalbuku.
" AnakKu, kau tahu itu.. Berikan kepadaku bebanmu. Itu adalah milikKu.
Aku telah membelinya. "
" Bagaimana?"
" Dengan darah-Ku"
" Tetapi kenapa Tuhan?"
" Karena aku telah mencintaimu dengan cinta abadi, yang tak akan punah
dengan waktu.
Berikan kepadaKu."
Aku memberikan bebanku yang kotor dan mengerikan itu ke tangan-Nya
yang terluka. Beban itu penuh dengan kotoran dan iblis dalam
kehidupanku: kesombongan, egois, depresi yang terus-menerus
menyiksaku. KemudianIamengambil salibku kemudian menghempaskan salib
itu ke
kolam yang berisi dengan darahNya yang kudus.
Percikan yang ditimbulkan oleh salib itu luar biasa besarnya.
" Sekarang anak-Ku, kau harus kembali. Aku akan bersamamu selalu.
Ketika kau berada dalam masalah, panggillah Aku dan Aku akan
membantumu dan menunjukkan hal-hal yang tidak bisa kau bayangkan
sekarang. "
" Ya, Tuhan, aku akan memanggil-Mu. "
Aku mengambil kembali bebanku.
" Kau boleh meninggalkannya di sini jika engkau mau. Kau lihat beban-beban itu?
Mereka adalah kepunyaan orang-orang yang telah meninggalkannya di kakiKu, yaitu Andre, Joni, Sonny, Sandy... Ketika kau meninggalkan bebanMu di sini, aku akan menggendongnya bersamamu. Ingat, kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan. "
Seketika aku meletakkan bebanku, cahaya itu mulai menghilang.. Namun, masih kudengar suaraNya berbisik, " Aku tidak akan meninggalkanmu, atau melepaskanmu. "
bersender.
"Tidak adakah istirahat dari hidup ini? "
Aku menghempaskan badanku ke ranjang, menutupi telingaku dengan bantal.
"Ya Tuhan, " aku menangis, "Biarkan aku tidur...Biarkan aku tidur dan tidak pernah bangun
kembali!" Dengan tersedu-sedu, aku mencoba untuk meyakinkan diriku untuk melupakan.
Tiba-tiba gelap mulai menguasai pandanganku, Lalu, suatu cahaya yang sangat bersinar mengelilingiku ketika aku mulai sadar. Aku memusatkan perhatianku pada sumber cahaya itu. Sesosok pria berdiri di depan salib.
"Anakku, " orang itu bertanya, " Mengapa engkau datang kepada-Ku sebelum Aku siap memanggilmu? "
" Tuhan, aku mohon ampun. Ini karena... aku tidak bisa melanjutkannya. Kau lihat! betapa berat hidupku. Lihat beban berat di punggungku. Aku bahkan tidak bisa mengangkatnya lagi. "
" Tetapi, bukankah Aku pernah bersabda kepadamu untuk datang kepadaku semua yang letih lesu dan berbeban berat, karena Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan. "
" Aku tahu Engkau pasti akan mengatakan hal itu. Tetapi kenapa bebanku begitu berat?"
" Anak-Ku, setiap orang di dunia memiliki beban. Mungkin kau ingin mencoba salib yang lain?"
" Aku bisa melakukan hal itu?"
Ia menunjuk beberapa salib yang berada di depan kaki-Nya. Kau bisa mencoba semua ini.
Semua salib itu berukuran sama. Tetapi setiap salib tertera nama orang yang memikulnya.
" Itu punya Andre, " kataku.
Andre menikah dengan seorang wanita kaya raya. Ia tinggal di lingkungan yang nyaman dan memiliki 3 anak perempuan yang cantik dengan pakaian yang bagus-bagus..
Dia punya 3 mobil di rumahnya, untuknya , untuk istrinya dan untuk anaknya"Umm, aku coba punya Joan. Sepertinya hidupnya tenang-tenang saja. Seberat apa beban yang Andre panggul? " pikirku.
Tuhan melepaskan bebanku dan meletakkan beban Andre di pundakku. Aku langsung terjatuh seketika.
"Lepaskan beban ini! " teriakku.
" Apa yang menyebabkan beban ini sangat berat?"
" Lihat ke dalamnya."
Aku membuka ikatan beban itu dan membukanya. Di dalamnya terdapat gambaran ibu mertua Andre, dan ketika aku mengangkatnya, ibu mertua Andre mulai berbicara, "Andre, kau tidak pantas untuk anakku, tidak akan pernah pantas. Ia tidak seharusnya menikah denganmu.Kau adalah pria yang terburuk untuk cucu-cucuku. .."
Aku segera meletakkan gambaran itu dan mengangkat gambaran yang lain. Itu adalah Joni, adik terkecil Andre. Kepala Joni dibalut sejak operasi epilepsi yang gagal itu.
Gambaran yang ketiga adalah adik laki-laki Andre. Ia kecanduan narkoba, telah dijatuhi hukuman karena membunuh seorang perwira polisi.
" Aku tahu sekarang mengapa bebannya sangat berat, Tuhan. Tetapi ia selalu tersenyum dan suka menolong orang lain. Aku tidak menyadarinya... "
" Apakah kau ingin mencoba yang lain?" tanya Tuhan dengan pelan.
Aku mencoba beberapa.
Beban Sandy terasa sangat berat juga: Ia melihara 4 orang anak laki-laki tanpa istri.
Antok punya juga demikian: masa kecilnya yang dinodai olah kekerasan dari orang tuanya dan
menikah karena paksaan.
Ketika aku melihat beban Sonny, aku tidak ingin mencobanya. Aku tahu di dalamnya ada penyakit Arthritis, usia lanjut, dan tuntutan bekerja penuh sementara istri tercintanya berada di Panti Jompo.
" Beban mereka semua sangat berat, Tuhan " kataku..
" Kembalikan bebanku"
Ketika aku mulai memasang bebanku kembali, aku merasa bebanku lebih ringan dibandingkan yang lain.
"Mari kita lihat ke dalamnya, " Tuhan berkata.
Aku menolak, menggenggam bebanku erat-erat.
" Itu bukan ide yang baik, " jawabku,
" Mengapa?"
" Karena banyak sampah di dalamnya."
" Biar Aku lihat"
Suara Tuhan yang lemah lembut membuatku luluh. Aku membuka bebanku.
Ia mengambil satu buah batu bata dari dalam bebanku.
" Katakan kepada-Ku mengenai hal ini."
" Tuhan, Engkau tahu itu. Itu adalah uang. Aku tahu kalau kami tidak
semenderita seperti orang lain di beberapa negara atau seperti tuna
wisma di sini. Sampai sekarang pun aku belum dapat pekerjaan untuk menghidupi keluargaku. Tidak mungkin kan kalo aku hanya mengandalkan istri saja yang bekerja. Tagihan kami juga mulai membengkak.
"Anak-Ku, Aku selalu memberikan kebutuhanmu. ... dan mempunyai rencana yang indah untukmu dan keluargamu. Jangan putus asa menantikan rencanaKU, karena aku ingin membentukmu !!!
" Anak-Ku," Tuhan berkata.
" Jika kau percayakan kepada-Ku, aku akan memperbaharui kekuatanmu,
dan jika engkau mengijinkan Aku untuk mengisimu dengan Roh Kudus, aku
akan memberikan engkau
kesabaran."
Kemudian Ia mengambil beberapa kerikil dari bebanku.
" Ya, Tuhan.." aku berkata sambil menarik nafas panjang.
" Anak-Ku, orang memang melihat engkau dari penampilan luar, tetapi Aku melihat jauh sampai ke dalamnya hatimu. Dengan Roh Kudus, kau akan memperoleh pengendalian diri . Tetapi keindahanmu tidak harus datang dari luar. Bahkan, seharusnya berasal dari dalam hatimu, keindahan diri yang tidak akan pernah hilang dimakan waktu. Itulah yang berharga di mata-Ku."
Bebanku sekarang tampaknya lebih ringan dari sebelumnya.
" Aku pikir aku bisa menghadapinya sekarang, " kataku,
" Yang terakhir, berikan kepada-Ku batu bata yang terakhir." kata Tuhan.
" Oh, Engkau tidak perlu mengambilnya. Aku bisa mengatasinya. "
" Anak-Ku, berikan kepadaKu."
Kembali suara-Nya membuatku luluh. Ia mengulurkan tangan-Nya, dan
untuk pertama kalinya Aku melihat luka-Nya.
"Tuhan....Bagaimana dengan tangan-Mu? Tangan-Mu penuh dengan luka!! "
Aku tidak lagi memperhatikan bebanku, aku melihat wajah-Nya untuk
pertama kalinya..
Dan pada dahi-Nya, kulihat luka yang sangat dalam..... tampaknya
seseorang telah menekan
mahkota duri terlalu dalam ke dagingNya.
"Tuhan, " aku berbisik.
" Apa yang terjadi dengan Engkau?"
Mata-Nya yang penuh kasih menyentuh kalbuku.
" AnakKu, kau tahu itu.. Berikan kepadaku bebanmu. Itu adalah milikKu.
Aku telah membelinya. "
" Bagaimana?"
" Dengan darah-Ku"
" Tetapi kenapa Tuhan?"
" Karena aku telah mencintaimu dengan cinta abadi, yang tak akan punah
dengan waktu.
Berikan kepadaKu."
Aku memberikan bebanku yang kotor dan mengerikan itu ke tangan-Nya
yang terluka. Beban itu penuh dengan kotoran dan iblis dalam
kehidupanku: kesombongan, egois, depresi yang terus-menerus
menyiksaku. KemudianIamengambil salibku kemudian menghempaskan salib
itu ke
kolam yang berisi dengan darahNya yang kudus.
Percikan yang ditimbulkan oleh salib itu luar biasa besarnya.
" Sekarang anak-Ku, kau harus kembali. Aku akan bersamamu selalu.
Ketika kau berada dalam masalah, panggillah Aku dan Aku akan
membantumu dan menunjukkan hal-hal yang tidak bisa kau bayangkan
sekarang. "
" Ya, Tuhan, aku akan memanggil-Mu. "
Aku mengambil kembali bebanku.
" Kau boleh meninggalkannya di sini jika engkau mau. Kau lihat beban-beban itu?
Mereka adalah kepunyaan orang-orang yang telah meninggalkannya di kakiKu, yaitu Andre, Joni, Sonny, Sandy... Ketika kau meninggalkan bebanMu di sini, aku akan menggendongnya bersamamu. Ingat, kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan. "
Seketika aku meletakkan bebanku, cahaya itu mulai menghilang.. Namun, masih kudengar suaraNya berbisik, " Aku tidak akan meninggalkanmu, atau melepaskanmu. "
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda